Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Cina berencana memperluas larangan penggunaan iPhone kepada lembaga-lembaga yang didukung pemerintah dan perusahaan-perusahaan negara. Kabar ini sontak membuat saham Apple Inc anjlok pada perdagangan Kamis (07/09/2023) dan menghilangkan nilai pasar sebesar $200 miliar hanya dalam dua hari, mengutip laporan Bloomberg.

Saham Apple turun 5,1 persen, merosot 6,8 persen hanya dalam dua hari saja. Padahal dalam indek ekuitas utama AS, Apple merupakan komponen terbesar. Jatuhnya saham ini menambah aksi jual yang meluas dikalangan pelaku pasar lainnya.

Nasdaq langsung tenggelam dirusak oleh jatuhnya saham Apple ini, menyeret sekumpulan saham-saham teknologi berkapitalisasi besar lainnya. Pasar melihat bahwa pertumbuhan Apple sangat bergantung pada Cina dan jika Beijing melakukan tindakan keras yang semakin intensif, dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar lagi bagi perusahaan teknologi besar lainnya yang juga bergantung pada kemurahan hati Cina.

Sebagaimana diketahui bahwa produsen iPhone ini menganggap Cina sebagai pasar luar negeri terbesar dan juga basis produksi global. Karena perekonomian AS tetap tangguh, lebih banyak masalah menunggu Apple dengan penjualan obligasinya di tengah kekhawatiran Federal Reserve, yang harus meningkatkan upayanya melawan inflasi.

Tentu saja larangan Beijing ini berdampak luas pada pasar. Para investor menjual segala sesuatu mulai dari chip, dan teknologi mega-cap hingga saham-saham Cina yang tercatat di bursa AS.

Jika pemerintah Cina tetap menerapkan larangan penggunaan iPhone dan perangkat merek asing lainnya oleh pejabat pemerintah, hal ini mungkin berdampak besar pada beberapa perusahaan teknologi AS lainnya yang bergantung pada penjualan dan produksi di Cina.

Namun ada juga yang menilai bahwa pasar terlalu berlebihan merespon kebijakan Beijing ini. Menurut Daniel Ives dari Wedbush Securities, ia berpendapat bahwa dampak dari larangan tersebut mungkin berdampak pada kurang dari 500.000 iPhone dari sekitar 45 juta iPhone yang akan dijual di negara tersebut selama 12 bulan ke depan. Menurutnya, meskipun ada keributan, Apple telah melihat peningkatan pangsa pasar yang besar di pasar ponsel pintar Tiongkok.

Pada perdagangan di hari Kamis, bursa saham AS ditutup beragam. Dow Jones mampu selamat dari aksi jual yang terjadi dimana menjadi pukulan berat bagi S&P 500 dan Nasdaq. Laporan Klaim pengangguran mingguan AS yang turun menambah kekhawatiran pasar mengenai suku bunga dan inflasi yang tinggi.

Beberapa menit sebelum penutupan, Presiden Fed wilayah New York John Williams mengatakan bahwa masih menjadi “pertanyaan terbuka” apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk membawa perekonomian kembali ke keseimbangan. “Kita punya kebijakan yang bagus, tapi kita harus terus bergantung pada data,” katanya, merujuk pada rilis data mendatang yang akan dirilis sebelum pertemuan The Fed di bulan September.

Indek Dow Jones naik 57,54 poin, atau 0,17%, ke 34.500,73, S&P 500 turun 14,34 poin, atau 0,32%, ke 4.451,14 dan Nasdaq turun 123,64 poin, atau 0,89% ke 13.748,83.

Dow Jones mampu mengungguli S&P dan Nasdaq karena Apple memiliki bobot lebih rendah dalam indeks cyclicals-heavy, yang merupakan bobot harga dibandingkan dengan S&P 500 yang tertimbang kapitalisasi pasar, di mana Apple adalah salah satu bobot terbesar.

Saham sektor Utilitas mampu bertahan dengan memperoleh keuntungan terbesar di antara sektor-sektor S&P, naik 1,3% ditengah suasana risk-off pasar. Penurunan saham Apple membuat Indek semikonduktor Philadelphia juga turun 1,98% sementara saham pemasok Apple termasuk Skyworks Solutions, Qualcomm dan Qorvo semuanya turun lebih dari 7%. Pelaku pasar dapat memfokuskan kembali pada gagasan bahwa hubungan antara AS dan Cina merupakan risiko besar terhadap harga ekuitas saat ini, khususnya di bidang teknologi.

Hal yang juga melemahkan sentimen terhadap negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia adalah data yang menunjukkan ekspor dan impor Tiongkok turun pada bulan Agustus. Sementara saham-saham perusahaan Cina yang terdaftar di AS, seperti PDD Holdings, JD.com dan Alibaba turun lebih dari 4%, sementara Baidu kehilangan 3,4%.

Yang juga membantu menjaga Dow tetap bertahan adalah kenaikan 1% pada saham McDonald’s setelah Wells Fargo meningkatkan peringkat sahamnya menjadi “overweight“. Selain itu juga kenaikan saham perusahaan perangkat lunak otomasi UiPath, yang naik 11,5% karena perkiraan pendapatan tahunan yang optimis.

Indek S&P 500 membukukan 13 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 26 titik terendah baru; Nasdaq Composite mencatat 22 titik tertinggi baru dan 268 titik terendah baru. Di bursa AS, terdapat 9,76 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata pergerakan 10,10 miliar dalam 20 sesi terakhir.