ESANDAR, Jakarta – Ternyata, isu-isu geopolitik dan proteksionisme yang sedang berkembang telah memperburuk persepsi dan suasana hati konsumen Jerman.
Demikian paparan hasil kajian yang dilakukan oleh lembaga periset pasar GfK. Mereka telah mengadakan kajian bulanan untuk mengukur indek kepercayaan konsumen, sebagaimana hasilnya dipaparkan pada hari ini Kamis (26/04).
Indeks kepercayaan konsumen ke depan menurut GfK diperkirakan akan turun 10,8 poin dibulan Mei dari 10,9 poin pada bulan April. Penurunan ini sejalan dengan perkiraan yang diberikan oleh para ekonom dalam survei yang dilakukan oleh The Wall Street Journal.
“Eskalasi krisis Suriah dan kebijakan perdagangan proteksionis Amerika Serikat mengkhawatirkan konsumen dan sekarang juga dapat mempengaruhi prospek ekonomi Jerman yang sebelumnya sangat baik,” kata GfK.
Kajian dilakukan dengan menggunakan tiga sub-indeks, yaitu ekspektasi ekonomi, ekspektasi penghasilan dan kecenderungan untuk membeli selama bulan ini. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pembacaan sentimen konsumen untuk bulan yang akan datang.
Rasa Optimisme konsumen mengalami kemunduran pada bulan April, dengan jatuh ke posisi 37,4 poin dari 45,9 poin pada Maret. Jatuhnya indek kepercayaan ini terpukul oleh kekhawatiran geopolitik dan kebijakan perdagangan proteksionis AS. Kondisi ini semakin diperburuk oleh fluktuasi besar di pasar saham, demikian penjelasan GfK.
Sementara dalam mengukur tingkat pendapatan, GfK menilai pendapatan para konsumen tidak dapat lepas dari tren penurunan dalam prospek ekonomi pada bulan April. Hal ini disebabkan karena sub-indeks telah jatuh ke 53,5 poin pada April dari 54,9 poin pada Maret.
Meski demikian, terdapat kecenderungan konsumen untuk tetap melakukan pembelian. Mengukur pada niat konsumen untuk membelanjakan barang-barang besar, justru mengalami tren naik hingga 60,0 poin pada bulan April dari 59,1 poin pada bulan Maret. Kenaikan ini banyak didukung oleh kondisi pasar kerja yang solid. Jika ada sedikit rasa takut kehilangan pekerjaan, maka konsumen memiliki perencanaan keamanan, yang seharusnya mengarah pada pengeluaran yang lebih besar, pungkas GfK. Joss Gandoos. (Lukman Hqeem)