Boeing - Saham Boeing membuat Dow Jones naik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri sesi volatile dengan berakhir sedikit lebih tinggi pada perdagangan hari Rabu (25/04).

Kedua indek bursa saham ini mampu menghapus kerugian yang diderita pada awal perdagangan. Berakhir naik tipis karena laporan pendapatan perusahaan emiten yang kuat. Sentimen ini dibawah bayang-bayang kenaikan bunga obligasi AS yang sedang berlangsung.

Indek Dow Jones naik 59,7 poin, atau 0,3%, menjadi 24.083,83. Indek Blue-chip ini naik didukung sebagian besar oleh kenaikan saham Boeing. Saham ini reli setelah hasil laporan keuangan yang lebih baik dari perkiraan.

Kenaikan inkdek ini sekaligus menghentikan penurunan beruntun dalam lima sesi perdagangan sebelumnya. Ini tercatat sebagai rangkaian kerugian terpanjang sejak Maret 2017.  Sementara itu, Indek S&P 500 naik 4,8 poin, atau 0,2%, menjadi 2.639,39.

Disisi lain, Indek Nasdaq gagal memanfaatkan momentum ini dengan berakhir turun 4,8 poin menjadi 7.003,74, turun kurang dari 0,1%. Penurunan bersifat fraksional terjadi di tengah melemahnya sejumlah saham teknologi dengan kapitalisasi besar. Penurunan ini membuat Nasdaq jatuh untuk kelima kalinya secara beruntun, terpanjang sejak November 2016.

Pergerakan di pasar obligasi mempengaruhi perdagangan saham AS karena imbal hasil Obligasi yang semakin tinggi. Bunga Obligasi 10-tahun naik 3 basis poin menjadi 3,026% dan mendekati level tertinggi sejak Desember 2013.

Hasil yang lebih tinggi ini dapat membebani saham, karena mereka menaikkan biaya pinjaman untuk perusahaan. Selain itu, imbal hasil yang lebih tinggi dapat membuat obligasi tampak lebih menarik daripada saham, yang memiliki risiko lebih tinggi.

Musim pendapatan juga tetap fokus, di tengah rilis oleh sejumlah perusahaan penentu arah. Sejauh ini, musim pelaporan ini, lebih dari 80% perusahaan dalam bursa S&P 500 telah keluar. Umumnya laporan tersebut mampu mengalahkan perkiraan laba. Namun, hasil yang lebih baik dari perkiraan tersebut seringkali belum cukup untuk memberi tumpangan bagi harga saham agar naik.

Pendek kata, ada penghasilan yang kuat, tetapi perusahaan tidak mendapatkan imbalan. Pada saat yang sama, obligasi berperilaku buruk. Keduanya berjuang naik sehingga investor merasa gugup tentang pasar secara umum. Investor yang merasa tidak nyaman dengan kondisi ini, memilih untuk memegang uang tunai. Pun demikian, ada harapan pertumbuhan laba bisa mencapai dua digit dikwartal ini . Hal ini akan menjadi – laju tercepat dalam beberapa tahun ini. (Lukman Hqeem)