Bursa saham rontok setelah sejumlah saham teknologi akhirnya gagal bertahan pula. (Lukman Hqeem/Foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS ditutup lebih tinggi pada hari Senin (03/12). Indek S&P 500 mengawali perdagangan bulan ini pada awal terbaik sepanjang delapan tahun terakhir.

Kenaikan terjadi setelah AS dan China selama akhir pekan kemarin mampu mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam masa perang dagang mereka. Ini memicu aksi beli atas aset berisiko seperti saham.


Indek Dow Jones naik 287,97 poin, atau 1,1%, menjadi 25.826,43. Indek S&P 500 naik 30,20 poin, atau 1,1%, menjadi 2,790.37. Itu adalah sesi pembukaan terkuat untuk bursa besar dibulan Desember, mendekati rekor awal perdagangan yang baik, pada 1 Desember 2010 dengan naik dengan naik 2,16%, menurut data FactSet. Indek Nasdaq naik 110,98 poin, atau 1,5%, menjadi 7,441.51.


Kebuntuan perdagangan antara AS dan China berhasil diterobos pada pertemuan G-20 di Argentina. Dalam sebuah pertemuan yang termasuk agenda KTT tersebut, dilakukan jamuan makan malam yang sangat dinanti-nantikan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.


Kedua kepala negara ini sepakat untuk memulai negosiasi untuk mengurangi ketegangan perdagangan dan mendiskusikan pemindahan teknologi secara paksa, perlindungan hak milik intelektual, hambatan non-tarif, dan masalah siber dan pertanian, di antara kekhawatiran lainnya.


Awalnya, Trump akan merencanakan tariff baru untuk barang-barang Cina senilai $ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% dari 10% saat ini. Peningkatan ini akan terjadi pada awal 2019. Dengan kesepakatan ini, pelaksanaan kebijakan tariff ini akan ditunda selama 90 hari.

China sebagai kompensasi penundaan, akan membeli sejumlah besar barang pertanian, energi, dan industri AS. Sebagaimana dalam cuitan Trump bahwa China setuju untuk “mengurangi dan menghapus” tarif pada mobil AS, sekarang ditetapkan pada 40%.

Optimisme perdagangan membuat harga minyak mentah juga naik lebih dari 4%. Investor melihat ke depan rencana pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Kamis.

Kenaikan harga juga didukung pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin selama akhir pekan bahwa Rusia dan Arab Saudi telah sepakat untuk memperpanjang kesepakatan dalam memangkas produksi minyak mentah. Secara terpisah, Qatar mengatakan akan mundur dari OPEC per 1 Januari besok.

The New York Stock Exchange dan Nasdaq akan ditutup pada hari Rabu sebagai hari berkabung nasional akan diadakan untuk mengenang mantan Presiden George H.W. Semak. Pemakaman negara akan diadakan pada hari yang sama.

Sementara itu, pihak Markit merilis hasil terbaru dari jajak pendapat produsen, mengeluarkan pembacaan 55,3, tepat di bawah perkiraan konsensus 55,4, menurut FactSet. Pembacaan minimal 50 mengindikasikan peningkatan kondisi.

Indeks Institute of Supply Management (ISM) PMI yang diawasi ketat naik menjadi 59,3, datang lebih baik dari ekspektasi ekonom sebesar 58,0,. Angka ini lebih baik dari pembacaan bulan sebelumnya di angka 57,7.

Pada saat yang sama, data belanja konstruksi pada bulan Oktober turun 0,1% dibandingkan bulan September, kata Departemen Perdagangan. Melemahnya data ini lebih rendah dari ekspektasi yang memperkirakan adanya kenaikan 0,3% dari bulan September.

Sejumlah kabar positif ini akan menjadi modal kuat bagi kenaikan indek lebih lanjut dalam pekan-pekan depan. Pasar memang sedikit mundur, namun melihat kenaikan mengesankan minggu lalu, dapat melihat masa depan yang lebih baik. Terlebih dengan kesepakatan Trump dan Jinping menghasilkan kelegaan global dalam menurunkan resiko guncangan ekonomi global sebagai akibat perang dagang. (Lukman Hqeem)