Bursa saham di Wall Street bersiap memasuki wilayah koreksi

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dengan prospek perdagangan saat ini, sulit menemukan beruang Bearish di pasar Wall Street. Awalnya, investor merasa khawatir dengan sejumlah isu yang akan menyebabkan Dow Jones dan S&P 500 bisa terkoreksi.

Selama enam minggu, masalah inflasi dan tariff membayangi perdagangan di lantai bursa. Isu ini dianggap bisa memicu koreksi untuk pertama kalinya bagi kedua pasar tersebut dalam dua tahun terakhir ini. Faktanya, isu-isu tersebut tidak jua memperburuk pasar, berdasarkan berbagai metrik yang mengukur sentimen dan optimisme.

Data terakhir tentang sentimen konsumen justru mencapai posisi tertinggi dalam 14 tahun di bulan Maret. Hasil ini melampui ekspektasi dan melanjutkan tren kenaikan jangka panjangnya. Posisi pada 102, berada di atas rata-rata jangka panjang pada level 86, menurut data Goldman Sachs.

Kondisi yang baik ini memang belum sepenuhnya ditangkap oleh para konsumen. Terlihat dari rasa kepercayaan diri para pengusaha kecil yang mencapai tingkat tertinggi kedua yang pernah ada pada bulan Februari 1983, dan melanjutkan gelombang yang dimulai pada 2016 saat A.S. mulai memasukai masa pemilihan presiden

Kenaikan pandangan positif ini bertepatan dengan penurunan yang negatif. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan atas sentimen Investor oleh AAII, dimana 21,3% investor yang disurvei menyatakan pandangan pasar yang bearish. Ini adalah tingkat terendah kedua tahun ini, jauh di bawah rata-rata sepanjang sejarah 30,5%. Dibanding minggu lalu, rasio hadirnya Berunag turun 7,1 poin persentase. Tingkat pesimisme saat ini hanya sedikit di atas 20,7%, atau yang dilihat AAII sebagai “titik balik antara daya yang khas dan sangat rendah.”

Meski demikian, tingkat optimisme yang tinggi terkadang dipandang sebagai tanda peringatan pada pasar saham. Hal ini bisa saja sebagai indikasi adanya rasa tidak berpuas diri atau bahkan euphoria yang berlebihan. Sebaliknya, tingkat pesimisme yang rendah tidak berarti antusiasme investor kendor pula.

Persentase responden dalam survei tersebut yang menyatakan posisi bullish berada di 36,8%. Ini merupakan lompatan besar dari survei sebelumnya, dimana rasa kepercayaan pelaku pasar meningkat 10,4 persen poin atau naik dari level terendah sejak Agustus. Meski kenaikan ini tetap di bawah rata-rata jangka panjang 38,5%. Pada awal tahun ini, sempat melonjak menjadi 59,8%, angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir ini.

Saat ini, tren netral berada di level 41,8%. Pelaku pasar mengharapkan harga tetap tidak berubah selama enam bulan mendatang. Porsentase netral ini turun 3,4 poin persentase dari minggu sebelumnya, namun di atas rata-rata 31%. Ini adalah pertama kalinya sentimen netral telah di atas 40% selama dua minggu berturut-turut sejak periode yang berakhir pada bulan Juli.

Banyak analis pada dasarnya mendukung pandangan netral terhadap pasar saham, yang telah diperdagangkan dalam kisaran yang cukup sempit selama berminggu-minggu. Morgan Stanley, dalam sebuah catatan hari Senin untuk klien mereka, berspekulasi bahwa posisi puncak tercapai di bulan Januari dan tingkat rendah dicapai pada bulan Februari. Dengan demikian, sisa tahun ini untuk pasar ekuitas AS terlihat baik positif maupun negatif, dapat mendorong naik dalam beberapa bulan mendatang, termasuk kebijakan dan perdagangan Federal Reserve di sisi negatifnya. Tingkat keuntungan ekonomi dan perusahaan yang sedang naik.

Pada minggu lalu, Indek Dow Jones turun 1,5%, Indek Nasdaq turun 1% – meskipun baru-baru ini diperdagangkan pada harga tertinggi sepanjang masa – dan Indek S&P 500 turun 1,4%. (Lukman Hqeem)