Harga emas di bursa berjangka berakhir naik pada perdagangan di hari Rabu (23/08/2023), naik lebih dari 1% dan mencetak kenaikan satu sesi terbesar sejak akhir Juli. Harga emas untuk pengiriman Desember naik $22,10, atau hampir 1,2%, menjadi $1,948.10 per ons di bursa Comex.
Harga logam mulia ini telah berada di bawah tekanan yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir di tengah sejumlah data ekonomi AS yang sangat tangguh dan kekhawatiran terhadap kemungkinan respons Federal Reserve. Namun demikian, komoditi emas ini masih terlihat menarik sebagai asset lindung nilai investor untuk jangka panjang. Hal ini mengingat prospek pertumbuhan ekonomi global yang tidak menentu, dinamika pasar ekuitas yang bergejolak, dan kondisi geopolitik yang juga tidak menentu.
Secara teknis, dengan melakukan pendekatan pola grafik (mingguan) dan level support dan resistance utama, terlihat bahwa tren penurunan harga emas dalam jangka panjang masih tetap utuh meskipun ada penangguhan dengan kenaikan yang terjadi baru-baru ini. Harga emas tetap berada dalam saluran menurun dengan menemukan dukungan di $1875.
Harga memang sempat berbalik lebih tinggi dalam minggu ini karena kenaikan imbal hasil Obligasi AS berkurang saat tingkat suku bunga dana federal yang diantisipasi tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Prospek yang demikian ini berpotensi menahan kenaikan emas lebih lanjut dan kekuatannya bisa berumur pendek.
Bagaimanapun juga, saat suku bunga riil naik di atas 2% akan mengurangi daya tarik emas. Kenaikan suku bunga bebas risiko seperti obligasi Treasury AS, menimbulkan tantangan bagi logam mulia yang memang merupakan asset tanpa memberikan bunga. Para pedagang biasanya mendapatkan tingkat pengembalian ‘bebas risiko’ pada tingkat sedang hingga lebih tinggi.
Oleh karena itu, tekanan pada harga emas tetap ada hingga penurunan imbal hasil Obligasi AS tenor 10-tahun mereda. Melihat pada perbandingan antara harga emas dengan yield obligasi AS, terlihat bahwa harga Emas telah menunjukkan korelasi negatif yang kuat terhadap imbal hasil obligasi. Sebagaimana yang diharapkan bahwa dalam jangka pendek, yield obligasi ini masih berpeluang naik seiring dengan adanya ekspektasi suku bunga federal yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kita masih berpeluang melihat penurunan harga emas dalam jangka pendek ini.
Pada akhirnya, melihat pada prospek yang lebih dekat dengan menggunakan grafik harian pada perdagangan emas, terlihat bahwa kenaikan harga saat ini kurang meyakinkan ketahanannya. Jalur kenaikan harga emas masih bisa terjadi dalam masa pendek ini, ditengah keraguan yang juga di topang oleh factor teknis terhadap perpanjangan pergerakan lebih tinggi.
Keberhasilan emas untuk meningkatkan harga baru-baru ini tampaknya berhasil karena sumbu atas dapat dilihat pada empat candle harian sebelumnya. Terlihat bahwa ada penolakan terhadap harga yang lebih tinggi sebelum setiap penutupan harian.
Secara umum, pergerakan countertrend yang demikian ini memerlukan volatilitas dan momentum berikutnya untuk membalikkan arah dalam jangka pendek seiring dengan penurunan volatilitas yang stabil. Resisten awal terhadap potensi pembalikan bullish muncul di level resisten $1915 dan $1937. Terobosan di harga ini akan memberikan evaluasi atas tren bearish dalam jangka menengah.
Namun demikian, pasar tetap harus waspada karena kurangnya tindak lanjut sentiment bullish pada harga emas, diikuti dengan volatilitas yang lebih rendah, dan ada korelasi negatif yang sangat kuat terhadap peningkatan imbal hasil obligasi 10 tahun AS, harga emas akan tetap mempertahankan prospek bearishnya.
Level support yang kemudian menjadi incaran harga dalam pergerakan ke bawah ada di $1885, dengan level signifikansi jangka panjang adalah di $1875. Resiko terhadap prospek emas saat ini mungkin akan muncul akhir pekan ini jika Jerome Powell memberikan sinyal yang lebih dovish pada suku bunga namun sejauh ini telah berhati-hati untuk tidak memberikan terlalu banyak hal mengingat sifat inflasi yang tidak dapat diprediksi.