ESANDAR, Jakarta – Investor kembali fokus pada langkah dan sikap The Federal Reserve khususnya terkait kebijakan suku bunga AS pada 2019. Menjelang laporan situasi ketenagakerjaan pada hari Jumat pagi waktu setempat.
Angka-angka dari sektor tenaga kerja ini akan menjadi titik data utama bagi para pejabat Fed. Mereka akan mencoba untuk menilai apakah ekonomi AS sudah cukup sehat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, setelah menaikkan suku bunga empat kali pada 2018.
Hasil risalah pertemuan terakhir pada bulan Desember memperlihatkan perkiraan median anggota komite penetapan suku bunga bank sentral. Mereka memperkirakan dua kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2019.
Sejumlah investor memperkirakan bank sentral akan tetap menaikkan suku bunga tahun ini, dengan probabilitas lebih dari 71,6%. Sementara itu, Gubernur Bank Sentral AS wilayah Dallas Robert Kaplan menganjurkan untuk mengambil jeda dalam kenaikan suku bunga.
Sektor swasta menambahkan 217.000 pekerjaan baru pada bulan Desember, menurut perkiraan oleh perusahaan penggajian ADP, di atas perkiraan konsensus 180.000 pekerjaan baru, menurut FactSet.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS memperkirakan bahwa 231.000 orang Amerika telah mengajukan formulir tunjangan pengangguran pada minggu terakhir 2018, melampaui angka 218.000 yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat oleh MarketWatch.
Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) turun menjadi 54,1% pada bulan Desember, turun dari 59,3% pada bulan sebelumnya dan jauh di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 57,0, menurut jajak pendapat MarketWatch.
Data survei ISM Manufacturing ini jelas menunjukkan keragu-raguan pelaku bisnis untuk melakukan belanja modal dan investasi mengingat tantangan makro yang dihadapi ekonomi. Tentu saja semua bersumber pada masalah perdagangan, dimana AS sedang melakukan Perang Dagang dengan China.
Memasuki tahun 2019, para pelaku bisnis membawa kekhawatiran tentang pertumbuhan dan pendapatan. Momok ini semakin kuat dimana dalam dua hari pertama ditahun 2019 saja telah menerima lebih banyak data Tiongkok yang buruk dan pemotongan panduan pendapatan Apple.
Data-data ini mengkonfirmasi China telah lemah untuk sementara waktu. Sementara para analis telah memotong perkiraan pada pendapatan Apple jauh beberapa berbulan sebelumnya.
Hingga kini, belum ada kabar baik yang bisa meyakinkan investor bahwa pasar bisa melakukan reli. Ini membutuhkan lebih dari sekedar kabar baik yang sebenarnya.
Pada perdagangan di Bursa Asia ditutup lebih rendah secara luas. Indek Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan berakhir turun. Bursa Jepang masih tutup untuk liburan tahun baru. Sementara bursa Eropa jatuh, dimana Indek Europe 600 dan FTSE 100 keduanya berakhir di zona merah.
Harga minyak mentah dalam perdagangan bursa berjangka memperpanjang kenaikannya setelah Indek Dolar AS melemah. Harga emas juga berakhir tinggi. (Lukman Hqeem)