Bursa saham Asia dibuka melemah

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Jepang jatuh pada Jumat (04/01) ketika mereka mulai perdagangan kembali setelah liburan Tahun Baru. Sementara indeks saham Asia lainnya bervariasi setelah aksi jual yang terjadi di Wall Street semalam.

Indeks Nikkei 225 terakhir turun 2,8%, karena saham-saham produsen teknologi dan elektronik merosot di hari pertama perdagangan 2019 . Saham SoftBank dan Sony turun sekitar 4%, dan Fast Retailing turun 6%. Yen sendiri stabil terhadap dolar dalam perdagangan USDJPY, setelah melonjak kemarin.

Bursa Hongkong menguat, dimana Indek Hang Seng naik 1,2%, karena saham produsen minyak CNOOC naik 4% dan saham telekomunikasi China Mobile naik 2,5%. Saham pemasok Apple terus tenggelam, dimana AAC dan Sunny Optical harus turun lebih dari 2% masing-masing.

Bursa saham di daratan China melonjak. Indek Shanghai naik 1,8% dan Indek Shenzhen melonjak 2,2%, atas harapan perundingan baru dalam Perang Dagang AS – China. Bloomberg News mengkonfirmasi laporan bahwa delegasi AS akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk mulai melakukan pembicaraan pada Senin nanti.

Sejumlah pedagang bersorak ketika jajak yang dilakukan oleh swasta yang menunjukkan bahwa sektor jasa China naik secara luas pada bulan Desember. Investor sempat khawatir adanya perlambatan ekonomi menimpa negara terbesar kedua secara ekonomi di dunia, yang berada di bawah tekanan dari sengketa perdagangan antara Washington dan Beijing.

Indek Kospi di bursa Seoul Korea Selatan, yang memiliki banyak komponen saham teknologi tinggi, justru naik 0,4% setelah penutupan perdagangan Kamis yang lebih rendah, meskipun saham Samsung harus turun. 

Sebelumnya, bursa saham AS merosot , dipimpin oleh penurunan tajam di sektor saham teknologi setelah Apple melaporkan penurunan penjualan iPhone selama liburan di Cina. Penurunan 5% pada saham teknologi Kamis adalah yang terbesar untuk sektor ini sejak 2011.

Berita Apple menyentak pasar dan memperkuat kekhawatiran bahwa ekonomi global sedang melambat. Laporan lainnya juga mengejutkan dengan menyatakan aktifitas manufaktur AS melemah hingga membuat keadaan semakin buruk. (Lukman Hqeem)