ESANDAR, Jakarta – Pengeluaran rumah tangga Jepang mengalami penurunan tahunan terbesar dalam hampir satu tahun pada bulan Februari. Hal ini disebabkan tingkat upah yang disesuaikan dengan inflasi terus turun, demikian data pemerintah Jepang yang dirilis pada hari Jumat.
Data ini juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi terpanjang sejak gelembung aset tahun 1980-an telah mencapai puncaknya. Sayangnya, pertumbuhan ini bisa terancam. Perlambatan konsumsi akan menjadi tambahan ‘sakit kepala’ bagi pembuat kebijakan Jepang. Mereka resah akibat penguatan yen baru-baru ini dan kekhawatiran perang dagang yang dapat melukai ekonomi khususnya sektor yang terkait dengan ekspor ke AS.
Pengeluaran rumah tangga turun 0.1 % pada bulan Februari dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memproyeksikan kenaikan 0.3 %. Penurunan ini terjadi setelah pada bulan Januari justru mengalami kenaikan 1.9 %. Ini merupakan kenaikan yang terbesar sejak penurunan 1.4 % pada April tahun lalu. “Peningkatan konsumsi tampaknya terhenti,” kata seorang pejabat pemerintah, memberikan pandangan yang suram dari bulan lalu ketika pemerintah mengatakan konsumsi pulih.
Secara terpisah, data tersebut menunjukkan tingkat upah yang mengalami penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan Februari. Hal ini memperkuat pandangan target inflasi 2 % dari Bank of Japan akan tetap menjadi tujuan yang jauh dan meredam ekspektasi dari pemangkasan stimulus BoJ dalam waktu dekat.
Konsumsi telah menjadi titik lemah dalam pemulihan yang kuat, menghambat upaya BOJ untuk mencapai target inflasi karena perusahaan tetap waspada dalam menaikkan harga karena takut menakut-nakuti rumah tangga yang peka terhadap biaya.
Perekonomian Jepang meningkat 1.6 % tahunan pada kuartal Oktober-Desember, menandai kenaikan kedelapan berturut-turut, pada permintaan global yang kuat dan belanja modal. Tetapi inflasi konsumen inti hanya mencapai 1% pada Februari, jauh di bawah target 2 % BOJ, karena pertumbuhan upah yang lambat membuat konsumen meningkatkan pengeluaran mereka.
Pertumbuhan inflasi rumah tangga Jepang mengalami penurunan pada bulan Q1, demikian hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh bank sentral pada hari Kamis. Hasil ini menggarisbawahi bahwa pemerintah mengalami kesulitan untuk menghapus pola pikir deflasi.
Survei Bank of Japan tentang mata pencaharian masyarakat menunjukkan persentase inflasi rumah tangga pada Q1 hanya tumbuh 73.9 % , turun dari 75.6 % pada Desember. Di antara rumah tangga yang disurvei, 81.0 % mengatakan mereka memperkirakan inflasi untuk lima tahun dari sekarang, turun dari 81.9 % pada bulan Desember. Survei ini merupakan salah satu data kunci yang diteliti BOJ dalam menilai dampak kebijakan moneter yang sangat longgar. (Lukman Hqeem)