ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir turun setelah sektor perdagangan umum, telekomunikasi dan industri mengalami kerugian.
Pada perdagangan Selasa (05/12/2017) investor melakukan aksi ambil untung. Diawal sesi perdagangan, sektor teknologi mengalami kenaikan. Hal ini mendorong Indek NASDAQ naik. Masuknya dana segar ke sektor ini mendorong kenaikan sejumlah emiten. Namun sayangnya, kenaikan ini tidak bertahan lama. Sebagian investor melakukan aksi ambil untung dari pembelian saham yang dilakukan ketika harga jatuh sebelumnya. Alhasil keuntungan disesi awal perdagangan tergerus dan membawa Indek Nasdaq ke area negatif. Dari yang awalnya naik 0,6% kemudian menjadi turun dan berakhir minus 0,2%. Indek Nasdaq turun 13,15 poin ke 6.762,21.
Indek S&P 500 berakhir turun 9,87 poin atau 0.4%, ke 2,629.57, mencatat tiga kali sesi perdagangan dalam kondisi merugi. Hampir semua sektor mengalami penurunan. Bukan hanya sektor teknologi, sektor perdagangan umum dan telekomunikasi jatuh masing-masing 1.8% dan 1.2%. Indek Dow Jones juga berbalik dari kenaikan diawal sesi perdagangan. Berakhir minus 109.41 poin atau 0.5%, ke 24,180.64. Dari semua emiten indeknya, 21 diantaranya merugi.
Dari Eropa, bursa saham disana juga menurun bersama-sama dengan bursa Asia. Jatuhnya sektor teknologi AS diperdagangan hari Senin memberikan dampak ke perdagangan Asia hari Selasa. Sementara jatuhnya bursa Asia membuat investor Eropa tidak percaya diri dan menutup perdagangan juga diarea negatif.
Pada perdagangan komoditi berjangka, harga minyak mentah WTI naik 0,49% sementara harga emas turun 0,19%. Indek Dolar AS ICE naik ke 93,362. Pada perdagangan GBPUSD, terjungkal atas kegagalan kesepakatan Inggris dengan Uni Eropa dalam perundingan BREXIT.
Data ekonomi yang menjadi perhatian adalah data perdagangan AS bulan Oktober, angka defisit perdagangan mengalami lonjakan sebesar 8,6% ke posisi tertinggi dalam sembilan bulan ini. Defisit perdagangan naik menjadi $48,7 milyar dari $44,9 milyar. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebesar $47,6 milyar saja.
Sementara The Institute for Supply Management (ISM) mengeluarkan data indek jasa seperti perbankan dan ritel. Indek Jasa AS menurun 57.4% dibulan November dari sebelumnya diangka 60.1% pada bulan Oktober. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang tahun. Sebagaimana diketahui bahwa angka diatas 50 menunjukkan adaanya pertumbuhan, sebaliknya dibawah angka 50 menunjukkan adanya kontraksi. Diatas angka 55, dianggap sebagai kondisi yang sangat luar biasa. (Lukman Hqeem)