Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas merosot terdalam dalam hampir 4 bulan ini oleh menguatnya Dolar AS, bursa saham dan data ekonomi AS. Harga emas turun ke $1260,80, ditutup pada $1265,65 atau turun 0,8 % dari harga penutupan sebelumnya di $1.275,47.

Pada hari Selasa (05/12/2017) harga emas mengalami tekanan besar, merosot oleh kekuatan dolar AS. Tidak berhenti disini saja, tekanan berlanjut oleh optimisme para investor yang semakin kuat di seputar reformasi pajak AS. Akhirnya harga emas terus menjauhi level psikologisnya di $1300 per troy ons.

Reformasi perpajakan AS lewat undang-undang yang kini digodong badan legeslatif AS akan memberikan keuntungan bagi perusahaan AS. Investor cukup yakin dan menimbulkan rasa percaya diri atas asset yang lebih beresiko, alhasil bursa saham marak.

Ekspektasi pasar cukup tinggi, bahwa Senate dan Dewan Perwakilan Rakyat AS dapat menyelaraskan dua versi RUU Perpajakan ini. Sebelum akhir tahun, diperkirakan sudah akan diundangkan oleh Presiden Donald Trump.

Sejauh ini, pasar melihat bahwa kesempatan lolos dari Kongres akan terbuka lebar sehingga bersikap menjual emasnya. Memang masalah pajak AS bisa membuat investor banyak memburu portfolio berlatar belakang dolar AS karena dapat dipastikan pemerintah AS akan bergantung kepada hutang secara defisit anggarannya pertahun bisa bertambah sekitar $1,4 trilyun akibat pemberlakuan pajak baru ini.

Reformasi pajak merupakan pendukung dari tekad kenaikan suku bunga the Fed yang makin menguat dimasa mendatang seperti keinginan sebelumnya yang diucapkan Janet Yellen dan Jerome Powell bahwa suku bunga the Fed akan berada diatas level normalnya demi menjaga produktivitas kinerja ekonomi AS serta menjaga kestabilan ekonomi itu sendiri. Mendengar kata kenaikan suku bunga the Fed, tentu bukan pendukung kenaikan emas.

Disisi lain, penguatan Dolar AS tak dapat disangkal lagi. Tingginya ekspektasi bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 13 Desember. Harga emas sensitif terhadap penguatan dolar AS. Dolar AS yang kuat akan membuat harga emas lebih mahal bagi para pemegang mata uang asing.

Kenaikan suku bunga AS akan menaikkan biaya menahan asset, terlebih bagi asset yang tidak memberikan imbal hasil bunga seperti Emas. Pasar langsung bereaksi dengan melakukan aksi risk appetite. Bahkan the Fed nampaknya akan menaikkan suku bunga secara agresif lagi. Suku bunga The Fed bisa di level yang akan diluar dugaan pasar.

Indikator ekonomi yang akan terbit adalah data pembayaran gaji dari ADP Inc. Data ini akan menjadi salah satu sorotan utama para pelaku pasar. Angka yang terbit seringkali dijadikan petunjuk awal dari data upah pekerja non pertanian. Indikator Nonfarm Payroll sendiri akan dirilis pada hari Jumat. Mengantisipasi hal ini, investor nampaknya lelah dalam mempertahankan asset safe havennya. Investor rela melepas emasnya menjelang data ADP.

Kendati bergerak dalam rentang transaksi tipis, Harga emas pada cenderung tertekan. Level support pada $1.260 -$1.258, dalam jangka pendek bisa mengarah ke $1.253 – $1.251. Aksi beli kembali meski kecil sekali, berpeluang membawa harga emas naik. Tren kenaikan terkonfirmasi jike menembus level resisten di $1.276. Pergerakan selanjutnya bisa diantara $1278 – $1.283. (Lukman Hqeem)