Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, pada Selasa (14/11/2017) mengeluarkan data harga produsen.

Indeks harga produsen (producer price index/PPI) meningkat 0,4 persen pada bulan lalu setelah kenaikan serupa di bulan September. Dalam 12 bulan sampai dengan Oktober, PPI melonjak 2,8 persen, kenaikan terbesar sejak Februari 2012. PPI naik 2,6 persen pada basis tahunan di bulan September. Sementara itu para ekonom memperkirakan PPI merayap naik hanya 0,1 persen untuk bulan lalu dan meningkat 2,4 persen dari tahun lalu.

Laporan itu juga menunjukkan stabilitas kenaikan harga produsen. Sehingga menjadi dasar terjadinya inflasi secara bertahap. Tentu saja ini akan menjaga ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya  pada Desember ini.

Harga Produsen, diluar pangan, jasa dan energy meningkat sebesar 0,2% pada bulan Oktober. Kenaikan ini tetap sama dalam tiga bulan beruntun. Sementara indek harga produsen  inti meningkat sebesar 2,3% dibulan Oktober dari tahun lalu atau naik 2,1% dari bulan September.

Melemahnya Dolar AS dalam beberapa waktu terakhir ini memberikan sumbangan bagi kenaikan Indek Harga Produsen Inti. Sepanjang tahun ini, Dolar AS telah meluruh nilainya sebesar 5,4% atas sejumlah mata uang utama lainnya.

Harga produsen AS naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Oktober, didorong oleh lonjakan biaya layanan. Hal ini menyebabkan kenaikan harga grosir secara tahunan pada angka terbesar dalam lima setengah tahun ini. Harga untuk layanan naik 0,5 persen di bulan lalu setelah meningkat 0,4 persen pada September.

Lonjakan 24,9 persen pada margin untuk ritel bahan bakar dan pelumas menyumbang hampir setengah dari kenaikan biaya layanan pada bulan lalu. Akhirnya lonjakan itu membantu mengimbangi penurunan 4,6 persen pada harga bensin. Harga bensin turun di tengah pasokan minyak mentah yang cukup banyak.

Harga bensin pada tingkat grosir sempat melonjak 10,9 persen pada September setelah Badai Harvey pada akhir Agustus. Dampaknya adalah pengurangan kapasitas penyulingan di wilayah Gulf Coast. Kenaikan ini dirasakan oleh para peternak, pabrikan dan kilang mendorong kenaikan biaya untuk barang-barang seperti farmasi, sayuran segar dan kering, daging dan tembakau. (Lukman Hqeem)