ESANDAR, Jakarta – Harga emas turun pada Jumat (09/11), menderita kerugian mingguan 2%, terpangkas penguatan dolar oleh kebijakan Federal Reserve terhadap siklus pengetatan suku bunga.
Kerugian tajam dibursa saham terdorong oleh jatuhnya harga minyak mentah, gagal menimbulkan aksi beli emas yang bisa membatasi penurunan harga. Lazimnya saat bursa saham anjlok, investor melakukan risk-off sehingga melakukan aksi beli emas.
Untuk saat ini, harga emas telah turun, terbebani risk appetite awal pekan dan dolar selama 48 jam terakhir, dengan the Fed memberikan tendangan ekstra lebih tinggi. Jika emas gagal membangun kenaikannya kembali, tren kenaikan harga mungkin sudah tamat ditahun ini dan masuk ke area penurunannya hingga akhir tahun.
Harga Emas untuk kontrak bulan Desember kehilangan $ 16,50, atau hampir 1,4%, menetap di $ 1,208.60 per troy ounce, berakhir turun 2% untuk minggu ini. Pada penutupan terendah sejak 10 Oktober.
Emas mengalami kerugian keempat dalam lima sesi pada hari Kamis, kemudian berjuang untuk arah dalam perdagangan elektronik dengan dolar AS memperpanjang kenaikan setelah pembaruan kebijakan terbaru dari Federal Reserve mengisyaratkan bank sentral masih berniat menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini dan awal tahun depan.
Secara gamblang terlihat dari pernyataan The Fed pada hari Kamis bahwa kenaikan suku bunga sekali lagi pada akan dilakukan pada bulan Desember. Suku bunga riil yang lebih tinggi, berdasarkan komentar Fed, dan dolar AS yang sedikit lebih kuat mempertahankan tekanan pada harga emas.
Indeks Dolar AS Dollar AS, (DXY), naik 0,2% pada hari Jumat, telah naik sekitar 5,2% dari tahun ke tahun, didorong oleh kebijakan pengetatan dari The Fed. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan dolar dan permintaan suram untuk komoditas denominasi dolar, termasuk logam mulia. Dengan rencana pengetatan kebijakan lebih lanjut, harga emas akan menghadapi angin sakal ditahun 2019. (Lukman Hqeem)