Harga Emas naik secara moderat melanjutkan kenaikan sebelumnya. (Lukman Hqeem/ foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas berakhir naik pada perdagangan hari Selasa (16/10). Mencatat hasil perdagangan tertinggi sejak bulan Juli. Namun kenaikan ini terbatasi setelah terjadi kenaikan juga di bursa saham AS.


Logam mulia masih memanfaatkan pelemahan Dolar AS dalam kenaikan harga kali ini. Untuk kontrak pengiriman bulan Desember, harga emas berakhir naik 70 sen atau kurang dari 0.1% ke $1,231 per troy ons. Harga emas sempat menyentuh posisi tertinggi di $1,235.90, meski menyurut diakhir perdagangan, namun hasil akhir masih cukup tinggi diatas harga tinggi pada 31 Juli lalu.


Bursa saham AS berbalik arah dari penurunan sebelumnya, dengan penguatan secara tajam pada perdagangan hari Selasa. Perdagangan berlangsung secara volatil, ditengah perhatian pasar atas kenaikan bunga Obligasi AS, yang menggerus daya pikat Emas sebagai aset surgawi.


Naiknya bunga Obligasi ini beriringan dengan melemahnya Dolar AS. Dimana sebelumnya menjadi angin sakal bagi harga emas untuk naik kembali. Harga emas akan cenderung naik ketika Dolar AS melemah. Indek Dolar ICE hampir datar hasil perdagangannya, berada di 95.029. Dalam catatan, sepanjang bulan Oktober ini, nilai Dolar AS berada di jalur merah.


Pelemahan dolar baru-baru ini telah menentang tren kuat yang telah bertahan lama dalam dolar pada tahun ini sejauh ini. Penguatan Dolar selama ini didorong oleh pengetatan kebijakan moneter di Federal Reserve. Indeks Dolar AS naik 3,1% sejauh ini di 2018.


The Fed telah menaikkan suku bunga tiga kali tahun ini dan dapat melakukannya keempat kalinya sebelum akhir tahun. Tentu saja ini akan menjadi sumber perlawanan terhadap kenaikan harga emas. Kenaikan suku bunga cenderung mendorong dolar menguat dan membuat obligasi pemerintah yang bebas risiko ini menjadi investasi yang lebih menarik bila dibandingkan dengan emas batangan.


Potensi kenaikan suku bunga ini bisa terindikasi dari risalah pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) pada bulan September yang akan dirilis Rabu ini. Sepanjang bulan Oktober, harga logam mulia telah naik 2.8%, memangkas penurunan hingga saat ini menjadi 6,1%, berdasarkan kontrak paling aktif.

Secara keseluruhan, meningkatnya suhu geopolitik dan pesimisme atas prospek pertumbuhan ekonomi global memberikan dukungan kenaikan harga emas. Para pialang sejauh ini melakukan aksi lindung nilai. Harga emas diperkirakan bisa mendekati $1,250 dalam jangka pendek. (Lukman Hqeem)