Harga Minyak

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Ketegangan yang meningkat antara AS dan Arab Saudi atas hilangnya seorang wartawan Arab Saudi mendorong spekulasi atas kemungkinan harga minyak di $ 100 bahkan bisa ke $ 400 per barel. Reaksi pasar diredam meskipun banyak yang percaya bahwa kepanikan di tengah kekhawatiran krisis minyak ini bisa memicu kenaikan harga minyak sebagaimana saat terjadi krisis minyak pada 1973-1974 silam.

Pada perdagangan awal minggu ini, harga patokan global minyak mentah Brent naik tipis sebesar 35 sen, atau 0,4%, ke harga di $ 80,78 per barel di bursa ICE Futures Europe. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate naik 44 sen , atau 0,6%, ke $ 71,78 per barel di New York Mercantile Exchange.


Ketegangan datang ketika para pedagang bersiap menantikan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang akan berlaku penuh pada 4 November. Reuters melaporkan bahwa Iran hanya mengekspor 1,1 juta barel minyak mentah per hari pada minggu pertama bulan Oktober, dibandingkan dengan setidaknya 2,5 juta barel per hari di bulan April. Sanksi ini berkontribusi terhadap potensi kenaikan harga minyak Brent hingga sekitar 20%.
AS dan Arab Saudi secara aktif berusaha mengontrol harga minyak, dimana kemungkinan pasar minyak akan tetap dibiarkan tidak bergerak. Menghidupkan kembali konsep ‘minyak sebagai senjata’ yang telah diam sejak 1973-74.


Ketegangan hubungan AS dan Arab Saudi berasal dari hilangnya Jamal Khashoggi pada awal Oktober. Wartawan veteran Arab Saudi yang juga kolumnis untuk Washington Post menurut para pejabat Turki, dikatakan tewas di konsulat Arab Saudi di Istanbul.
Dalam sebuah wawancara dengan CBS “60 Minutes” yang ditayangkan selama pada akhir pekan, Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa Arab Saudi akan menghadapi “hukuman berat” jika atas peristiwa jurnalis yang hilang ini.


Arab Saudi kemudian membantah keras keterlibatannya. Mereka mengatakan pada hari Minggu mereka akan membalas terhadap tindakan hukuman apapun dengan bahkan “yang lebih kuat,” demikian sebagaimana diberitakan oleh Bloomberg News, mengutip pernyataan resmi Kantor Berita Arab Saudi.
Sejurus kemudian, kedutaan Arab Saudi di Washington bergerak untuk meredam retorika dalam sebuah cuitan. Mereka menghargai pemerintahan Trump, untuk menahan diri dari kesimpulan atas penyelidikan yang kini sedang berlangsung.

Pada hari Senin, Trump meski tetap menyuarakan keprihatinan, tetapi melembutkan nadanya. Setelah berbicara dengan Raja Salman dari Arab Saudi, yang membantah pengetahuan tentang apa yang terjadi pada Khashoggi, Trump mengatakan bahwa “pembunuh nakal” mungkin telah terlibat. Dia mengatakan dia berencana mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk bertemu dengan raja.