ESANDAR, Jakarta – Harga Emas dalam perdagangan di bursa berjangka berakhir lebih tinggi pada hari Jumat (12/04). Konsolidasi berlangsung dimana Dolar AS melemah. Sayangnya catatan kinerja perdagangan dalam sepekan masih membukukan sedikit kerugian setelah harga emas dihancurkan dalam perdagangan sehari sebelumnya.
Untuk kontrak bulan Juni, harga emas berakhir naik $ 1,90, atau 0,2%, menetap di $ 1,295.20 per troy ons. Kontrak paling aktif ini harus kehilangan sekitar 40 sen per troy ons dari harga penutupan Jumat lalu. Harga dalam penutupan Kamis pada $ 1.293,30. Itu merupakan harga penutupan perdagangan yang paling rendah dan kerugian dalam satu sesi yang paling besar untuk kontrak paling aktif sejak 28 Maret.
Indek dolar AS sendiri jatuh ke posisi terendah dalam dua minggu ini. Greenbacks nampaknya siap untuk menghentikan kenaikan beruntun terbaru. Disisi lain, perdagangan di bursa saham Wall Street, diperdagangkan naik secara kuat. Tak heran bila kenaikan harga Emas terbatasi, karena investor lebih banyak yang melakukan risk appetite.
Harga emas dalam perdagangan sehari sebelumnya, jatuh di bawah level psikologis dan secara teknis sangat signifikan penurunan yang mendorong hingga dibawah $ 1.300. Data ekonomi AS yang relatif optimis membuat “pemangkasan jangka pendek The Fed bisa mengecil dan mengurangi daya tarik logam mulia.
Aksi jual pada perdagangan di hari Kamis tersebut menandai pembalikan tajam dalam momentum perdagangan logam mulia setelah harga berakhir di $ 1.313,90 pada hari Rabu. Ini merupakan harga penutupan tertinggi sejak 26 Maret sekaligus tercatat sebagai kemenangan beruntun terpanjang, empat sesi berturut-turut, sejak kenaikan lima hari berakhir 31 Januari. Pasar berharap harga emas dalam pekan ini mampu berakhir naik setidaknya 0,1%.
Aksi Risk Appetite yang dilakukan oleh Investor di pasar saham tak lepas dari gambaran yang lebih cerah di China. Pada hari Jumat kemarin, Beijing merilis data ekonomi berupa angka ekspor yang naik 14,2% dari tahun sebelumnya di bulan Maret. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar yang hanya akan naik 8,7%. Kenaikan ekspor terjadi setelah penurunan tajam di bulan Februari. Disisi lain, angka impor China turun, mencerminkan permintaan domestik yang lebih lemah.
Disisi lain, tingkat pinjaman di perbankan domestik China hanya sebesar 1,7 triliun yuan, memang lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 1,3 triliun yuan. Ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah China dalam merangsang pertumbuhan kredit sedang bekerja.
Dalam jangka panjang, perdagangan di bursa saham memang terlihat rentan terhadap koreksi yang bisa menjadi sentiment positif bagi harga emas. Setidaknya harga emas masih berpeluang naik lagi dan diyakini pada akhir tahun bisa mencapai harga sekitar $ 1.400. Sementara dugaan perlambatan dalam ekonomi AS mendorong bursa S&P 500 turun, dan diperkirakan baru pulih pada akhir 2020. Sehingga harga emas akan mengalami koreksi dan melepaskan beberapa keuntungan sebelumnya. Harga emas akan turun kembali ke $ 1.350 per ons pada akhir 2020, dan $ 1.250 pada akhir-2021. (Lukman Hqeem)