ESANDAR, Jakarta – Harga emas naik tipis pada hari Kamis (29/03/2018), masih melayang di dekat harga terendah selama sepekan pada sesi sebelumnya. Jatuhnya harga emas sebelumnya sebagai akibat penguatan kembali dolar AS. Tercatat, harga emas turun terbesar selama satu hari dalam hampir sembilan bulan terakhir ini.
Secara fundamental, harga emas dipasar spot mampu mempertahankan tren kenaikannya dengan naik 0,2 % menjadi $ 1,327.20 per ounce. Harga turun 1,5 % pada hari Rabu, ini menjadi persentase penurunan satu hari terbesar sejak 3 Juli 2017.
Sentimen pendorong jatuhnya harga emas sebelumnya adalah penguatan Dolar AS. bahkan dalam perdagangan USDJPY, Dolar menguat terhadap yen, sebagian dibantu oleh harapan mengurangi ketegangan di Asia Timur.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, stabil di 90,039.
Sementara itu, bursa saham – saham Asia naik tipis di tengah kemajuan yang dirasakan pada ketegangan Korea Utara, meskipun kenaikan ekuitas terbatas setelah kemerosotan yang dipimpin teknologi di Wall Street.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji komitmennya untuk denuklirisasi dan bertemu dengan pejabat AS, China mengatakan pada hari Rabu setelah pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping, yang berjanji China akan menjunjung persahabatan dengan tetangga yang terisolasi.
Dalam perkembangan Perang Dagang AS- Cina, paska kesepakatan diam-diam, masalah tarif Presiden AS Donald Trump untuk barang-barang Cina mungkin tidak akan diberlakukan hingga awal Juni, demikian ungkap pejabat pemerintah pada hari Rabu, dengan konsultasi publik dan revisi tarif potensial membeli waktu untuk negosiasi untuk mencegah mereka.
Sebaliknya, Cina dapat menargetkan berbagai bisnis AS dari pertanian hingga pesawat terbang, otomotif, semikonduktor, dan bahkan layanan jika konflik perdagangan dengan Amerika Serikat meningkat, demikian kata surat kabar China Daily pada hari Kamis.
Data ekonomi terkini menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada kuartal keempat karena kenaikan terbesar dalam belanja konsumen dalam tiga tahun sebagian mengimbangi hambatan dari lonjakan impor.
Sementara Federal Reserve AS akan terus menaikkan suku bunga kembali ke tingkat netral jangka panjang mengingat seberapa dekat bank sentral terhadap tujuannya, demikian dikatakan Gubernur Bank Sentral AS Wilayah Atlanta, Raphael Bostic, pada hari Rabu. (Lukman Hqeem)