Harga emas luruh, tertahan penurunan Bursa saham. (Lukman Hqeem/Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas mengalami kerugian moderat pada perdagangan hari Kamis, turun untuk sesi kedua berturut-turut karena tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi dan kekhawatiran seputar ketegangan Perang Dagang AS – China. Jatuhnya harga tertahan dengan penurunan secara luas di bursa saham baik AS dan global.


Kabar yang menyebutkan upaya peretasan China membuat harga emas tertekan pula. Ini semakin memperuncing ketegangan Perang Dagang antara AS – China. Emas sebelumnya telah bergerak cukup konsisten dalam menarik simpati dengan prospek penggunaan komoditas ini di China. Peristiwa ini melemahkan prospek tersebut. Sebagai hasilnya, Emas menyerahkan hasilnya.


Harga logam mulia untuk kontrak pengiriman bulan Desember berakhir turun $ 1,30, atau 0,1%, lebih rendah pada $ 1,201.60 per troy ons. Sehari sebelumnya telah turun 0,3% pada hari Rabu. Secara mingguan, kinerja Logam mulia naik sekitar 0,5% sejauh ini, berdasarkan kontrak paling aktif.


Bullion telah berada di bawah tekanan baru-baru ini dari satu-dua pukulan kenaikan imbal hasil utang pemerintah AS dan penguatan dolar. Data ekonomi AS yang kuat baru-baru ini mendorong imbal hasil obligasi AS naik. Emas tak berdaya saat disandingkan dengan aset yang bisa memberikan bunga, mengingat sifat emas sebagai aset yang nonyielding.


Data ekonomi AS menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan di sektor swasta melonjak pada bulan September. Para pengusaha menambahkan 230.000 pekerjaan, demikian paparan Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada hari Rabu.


Sementara data di hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun pada akhir September dan kembali mendekati level terendah 49 tahun karena efek badai Florensia memudar.


Sementara itu, angin sakal lain untuk emas, adalah dolar AS yang kembali menunjukkan kekuatannya. Seiring meningkatnya suku bunga, Greenback yang gemuk dapat membuat aset dihargai dalam dolar, seperti emas, lebih mahal untuk calon pembeli yang menggunakan mata uang non dolar. Indeks Dolar Amerika Serikat, sedikit berubah pada Kamis, meski secara mingguan masih membukukan kenaikan sekitar 0,7%.


Ke depannya, potensi adanya risiko sistemik global dan potensi inflasi dapat membuat investor melirik emas, hal ini akan kembali mendorong emas bergerak lebih tinggi. (Lukman Hqeem)