Harga Emas naik secara moderat melanjutkan kenaikan sebelumnya. (Lukman Hqeem/ foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas naik pada hari Senin (17/12), setelah indeks dolar turun tajam. Diikuti dengan jatuhnya imbal hasil Obligasi AS dan pasar saham. Penurunan dipertebal dengan komentar dari pengelola dana terkenal, yang mendorong harga logam mulia untuk menetap di posisi tertinggi selama lebih dari seminggu.


Menariknya, kenaikan harga emas ini datang menjelang keputusan kebijakan utama bank sentral AS minggu ini. Banyak pendapat meyakini bahwa hasil pertemuan ini adalah kenaikan suku bunga utama kembali. Sementara ketidakpastian seputar perkembangan Perang Dagang AS – China masih menyelimuti perdagangan.


Harga Emas untuk pengiriman bulan Februari di bursa Comex naik $ 10.40, atau 0,8%, untuk menetap di $ 1,251.80 per troy ons. Kontrak tersebut ditutup pada level tertinggi sejak 7 Desember. Pada hari Jumat, harga berakhir pada posisi terendah sejak 3 Desember, turun 0,9% selama sepekan.


Banyak kejadian penting dalam perdagangan dihari Senin kemarin. Indek Dolar AS jatuh disaat imbal hasil Obligasi AS juga turun, diikuti dengan koreksi besar di Bursa Saham AS. Dengan semua penurunan ini, investor tidak punya pilihan lain selain melirik Emas kembali. Arus beli emas mendorong harga logam mulia ini naik tajam 


Pada hari Senin, Indeks Dolar AS turun 0,4% pada 97,054. Emas sering sensitif terhadap pergerakan dolar. Dolar yang lebih lemah biasanya meningkatkan permintaan untuk harga komoditas dalam dolar karena membuat mereka lebih murah bagi pengguna mata uang lainnya.

Indek saham AS turun setelah perdagangan emas di bursa berjangka berakhir. Setelah berakhir pekan dalam kekalahan yang mendorong Indek Dow Jones kembali ke wilayah koreksi. Jatuhnya saham dapat mendukung kenaikan harga emas, tetapi popularitas emas sebagai safe haven telah ditaklukkan oleh Dolar AS ini pada bulan Desember.

Pernyataan dari salah satu pendiri pengelola investasi terkenal, Doubleline Capital yaitu Jeff Gundlach pada CNBC meramalkan bahwa Dolar AS akan “berjuang” ditahun depan, sementara bursa saham juga akan memasuki tren bearish.


Sayangnya, tekanan terhadap harga emas juga tak kalah hebatnya ditahun depan. Ada perkiraan bahwa The Fed akan menaikkan setidaknya tiga kali suku bunga, bahkan secara intens bisa sampai empat kali kenaikan. Pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell beberapa waktu lalu, yang bernada Dovish, memberikan harapan The Fed bisa jadi memperlambat kenaikan suku bunga itu.


Sementara itu, dalam kebijakan moneter terbarunya, Bank of Japan akan membuat pengumuman Rabu malam ini dan Bank of England akan mengadakan pertemuan pada hari Kamis. Dolar telah menikmati kekuatan relatif terhadap yen dan pound, sebagian karena perbedaan suku bunga antara AS dan sekutu ekonomi utamanya ini.


Meskipun aset berisiko berada di bawah tekanan, namun penurunan ini lebih ‘teratur’, dalam arti bahwa meskipun volatilitas jauh lebih tinggi, belum ada tanda-tanda kepanikan. Agar sentimen risiko membaik, mungkin pasar komoditi perlu melihat beberapa tanda nyata bahwa AS dan China menyelesaikan beberapa perbedaan dan retorika yang kurang jelas tentang seberapa baik kemajuan pembicaraan.


Investor akan memperhatikan dengan seksama Konferensi Kerja Ekonomi Pusat China dan pidato oleh Presiden Xi Jinping pada Selasa hari ini. Pasar global ingin melihat lebih banyak kemajuan pada upaya penyelesaian Perang Dagang AS – China.


Isu Brexit masih menjadi faktor geopolitik lainnya yang menimbulkan ketidakpastian. Hal ini bisa memberikan dukungan positif bagi kenaikan harga emas. Meskipun sejauh ini, reaksi akan isu ini telah dibungkam. Di Inggris, solusi untuk dilema Brexit masih sulit didapat, dengan latar belakang cerita yang berusaha menjaga tawaran dolar, tetapi tidak menawarkan banyak dorongan ekstra untuk logam mulia.


Untuk pertama kalinya, dalam laporan Komitmen Pedagang Saxo Bank terbaru menunjukkan bahwa “posisi emas berbalik ke “net-long” untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank menambahkan bahwa dana telah bergerak ke arah sikap yang lebih bullish menjelang 2019. Dimana setiap penguatan dolar menimbulkan pelemahan seperti pada hari Jumat kemarin, dapat menimbulkan tantangan dalam jangka pendek.


Secara teknis, harga emas telah mampu menguat kembali setelah bertahan diatas kisaran $1230. Kenaikan selanjutnya berusaha untuk menembus kembali level $1250 sebagai resistensi guna mencapai level $1260 hingga $1265. Potensi koreksi akibakaksi ambil untung berpeluang menekan harga emas hingga ke level support di $1235. (Lukman Hqeem)