ESANDAR – Harga emas anjlok kembali karena dolar AS menguat. Para investor memantau perkembangan seputar rencana tarif Presiden Amerika Serikat, yang dapat memicu perang dagang dan memicu inflasi.
Harga emas turun 0,1% menjadi $2.911,38 per ons, dimana Indek dollar AS (DXY) naik tipis dari level terendah dalam 11 minggu, dibantu oleh rebound dalam imbal hasil Treasury jangka pendek. Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pembeli asing.
Koreksi harga emas saat ini terlihat mengarah ke menuju $2.880, diyakini bisa terjadi dalam dua hingga tiga sesi perdagangan berikutnya.
Dalam jangka Panjang, harga emas masih tetap bullish untuk melampaui $3.100, didukung oleh kekhawatiran perang dagang, risiko inflasi.
Presiden AS membuka front lain pada hari Selasa dalam serangannya terhadap norma perdagangan global, memerintahkan penyelidikan terhadap potensi tarif baru pada impor tembaga untuk membangun kembali produksi AS.
Memberikan tanda-tanda lebih lanjut bahwa orang Amerika semakin cemas tentang potensi dampak negatif dari kebijakan Trump, kepercayaan konsumen AS memburuk pada kecepatan tertajamnya dalam 3-1/2 tahun pada bulan Februari, sementara ekspektasi inflasi 12 bulan melonjak.
Inflasi yang tinggi dapat memaksa Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi, mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Kekhawatiran terhadap usulan tarif Trump yang memicu perang dagang global yang besar telah membantu emas mencapai rekor tertinggi beberapa kali dan naik sekitar 11% tahun ini.
Pelaku pasar tengah menunggu laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS, pengukur inflasi pilihan Fed, untuk mendapatkan wawasan mengenai jalur pelonggaran suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral. Laporan tersebut akan dirilis pada hari Jumat.
Jika angka-angka tersebut mengonfirmasi ketakutan mendasar bahwa inflasi akan kembali meningkat, ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed dapat lebih dikendalikan.