Sektor manufaktur AS melemah, konsekuensi Perang Dagang menimbulkan kenaikan biaya dan ongkos dalam negeri. (Foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Perang Dagang yang dilontarkan oleh Trump, nampak berdampak pula secara domestik. Data terbaru dari Institute for Supply Management menunjukkan sektor manufaktur AS terpukul.


Tidak tanggung-tanggung, jatuhnya sektor manufaktur AS ini hingga ke level terendah dalam enam bulan terakhir ke angka 57,7% pada bulan Oktober dari sebelumnya di 59,8% pada bulan September. Menurut sejumlah manajer pembelian perusahaan yang disurvey oleh lembaga tersebut, ada penyesalan dengan kenaikan harga bahan baku dan tariff hingga berkurangnya permintaan asing.


Meski turun, namun masih lebih baik karena angkanya masih di atas 50% yang menunjukkan peningkatan kondisi. Ekonom yang disurvei oleh MarketWatch padahal memperkirakan angkanya justru naik mencapai 58,7%.


Menurut laporan ISM, ada penurunan signifikan dalam indeks pesanan baru, yang turun 4,4 poin menjadi 57,4%, dan indeks produksi turun 4 poin menjadi 59,9%. Disusul dengan penurunan indeks pekerjaan turun 2 poin menjadi 56,8%, sementara indeks harga melonjak 4,7 poin menjadi 71,6%. Indeks pesanan ekspor-baru turun 3,8 poin menjadi 52,2%.


Secara garis besar, sektor manufaktur AS masih kuat oleh dukungan perekonomian domestik, yang digembar-gemborkan sebagai hasil stimulus kebijakan moneter federal. Meski muncul juga kekhawatiran akan gangguan laju inflasi.


Semua komponen elektronik mengalami kekurangan dan lebih lama waktu memimpin yang memengaruhi produksi kami. Dimana kenaikan tarif menyebabkan inflasi, meningkatkan biaya impor, meningkatkan biaya pengiriman dan meningkatkan biaya domestik dari pemasok yang mengimpor.


Bahkan secara dramatis, salah satu responden menyatakan bahwa adanya NAFTA jilid dua atau yang dikenal sebagai USMCA tidak melakukan apa pun untuk membantu perusahaan kami, karena tidak menangani tarif pasal 232.


Paska penerbitan data ini, bursa saham AS masih mampu naik. Kekhawatiran akan masalah tariff, inflasi dan kenaikan suku bunga sebelumnya telah berkontribusi pada penurunan Indek Dow Jones sekitar 6% dari posisi tertinggi di awal Oktober. (Lukman Hqeem)