ESANDAR, Jakarta – Para pialang terus menambah posisi pada Dolar AS diawal perdagangan bulan Mei ini. Greenback, yang diukur dengan Indek Dolar AS atas enam mata uang utama, mencapai level tertinggi 2 tahun pada hari Jumat minggu lalu, dan mata uang ini lebih tinggi dibandingkan semua kecuali dua dari sembilan saingan terbesar pada tahun ini.
Pada perdagangan Rabu (01/05), indek DOlar AS berada di 97,357, sedikit lebih rendah pada hari itu. Meski demikian, greenback telah memberikan sedikit pijakan yang kuat dari posisi tertinggi Jumat, ia tetap di jalur untuk membukukan kenaikan dalam ketiga bulan berturut-turut. Berikut beberapa faktor yang mendorong kenaikan Dolar AS lebih lanjut.
Euro, dalam perdagangan EURUSD, sebagai saingan terbesar dolar, mencapai level terendah dalam 23 bulan terakhir ini di hari Jumat. Sentimen geopolitik banyak memegang pengaruh dalam kejatuhan Euro. Italia mampu terhindar dari penurunan peringkat kredit oleh S&P Global Ratings pada hari Jumat, tetapi kekhawatiran tentang prospek fiskal untuk Italia selaku negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Zona Euro telah membebani mata uang tunggal mereka. Euro kini di jalur untuk membukukan kerugian bulanan keempat berturut-turut, beruntun terpanjang di lebih dari empat tahun.
Selain itu, data yang keluar dari blok ekonomi ini terus terputus-putus dengan produksi industri baru-baru ini dan angka-angka indeks pembelian manufaktur hilang ke arah penurunan. Ini mengikuti serangkaian data inflasi yang jinak dan angka pertumbuhan yang hangat. Pada hari Senin menunjukkan ekonomi zona euro mendapatkan kembali beberapa momentum yang hilang pada kuartal pertama, dengan produk domestik bruto di seluruh wilayah yang terdiri atas 19-negara berkembang pada tingkat tahunan 1,5% setelah ekspansi 0,9% pada kuartal terakhir 2018. Itu masih meninggalkan kecepatan pertumbuhan jauh di belakang tingkat 3,2% terlihat di AS selama tiga bulan pertama tahun ini.
Data-data ekonomi yang lemah di Eropa secara keseluruhan dan kegelisahan politik membuat Bank Sentral Eropa secara mengejutkan pada 10 April meluncurkan putaran baru operasi refinancing jangka panjang yang ditargetkan, atau TLTRO. Operasi ini pertama kali diperkenalkan pada 2012 untuk meredakan kekhawatiran krisis utang penuh.
ECB adalah salah satu dari sejumlah bank sentral yang bergerak ke arah akomodasi karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global dan dengan angka inflasi yang lemah. Ketika The Fed meninggalkan bias pengetatannya pada akhir 2018, hal ini serta merta diikuti rekan-rekan globalnya. Akibatnya mendorong suku bunga ke posisi terendah dalam beberapa bulan hingga secara tahunan.
Negatif carry adalah biaya kepemilikan mata uang dengan suku bunga negatif. Ini membantu meningkatkan permintaan untuk mata uang dengan tingkat rendah tetapi positif, seperti dolar AS.
Selain itu, masalah Brexit telah berdampak luas ke Eropa, dimana perundingan tampaknya akan meluas ketika dilakukan pemilihan di Parlemen Eropa pada akhir Mei nanti.
Sementara itu, Bank of Canada dan Swedia Riksbank keduanya mengadopsi nada dovish lebih dari yang diharapkan, sebagaimana terlihat pada pergerakan dolar Kanada dalam perdagangan USDCAD, yang mencapai level terendah 3 1/2 bulan, sementara krona Swedia dalam perdagangan USDSEK, diperdagangkan ke level terendah level dalam lebih dari satu dekade terhadap dolar.
Data ekonomi AS. terus bersinar dimana perekonomian terus tumbuh pada kecepatan yang lebih baik dari perkiraan. Sementara kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global menghambat kebijakan di Eropa dan Asia, kekhawatiran itu telah mereda di front lokal. Pada hari Jumat, pemerintah mengatakan ekonomi tumbuh pada laju tahunan 3,2% pada kuartal pertama 2019. Ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memperkirakan kenaikan 2,3%.
Naiknya kembali pertumbuhan ekonomi AS akan membatasi ruang lingkup Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter mereka dan membendung kenaikan dolar. Tentu saja akan mengejutkan bila sesuatu yang bersifat dovish muncul dari pertemuan Federal Reserve karena sudah diputar ke super-dovish di kwartal pertama mereka. Sebaliknya, The Fed harus mengakui perputaran ekonomi yang kuat dari awal yang kebih lunak. Data-data ekonomi AS yang kuat telah mendorong baik Indek S&P 500 dan Nasdaq ke level tertinggi sepanjang masa.
Secara teknis, kenaikan Dolar AS masih akan tetap terjaga. Indek Dolar AS telah menembus tiga level resisten di 97,71, mengambil 61,8% retracement dari Januari 2017 – Februari 2018 dan kini dalam kisaran 97,87. Resolusi bullish dari pola ascending triangle telah mendukung kenaikan tambahan menuju 98,50 dan 99,89 pada awalnya, dengan retracement 76,4% yang terletak tepat di atas sini di 100,15.
Saat greenback bergerak lebih tinggi, demikian juga jumlah orang yang bertaruh untuk itu. Jumlah spekulatif posisi beli dolar AS berada di level tertinggi sejak Desember 2015. Dolar AS naik untuk minggu keempat berturut-turut, kini di 337 ribu. Bukan hanya Dolar AS, para pialang tetap menaruh posisi beli di seluruh papan, dengan memegang posisi beli terhadap Euro, Yen, Franc, Poundsterling, Dolar Kanada, Dolar Asutralia dan Dolar Selandia Baru.
Posisi spekulatif dapat berfungsi sebagai indikator pelawan karena gerakan melawan taruhan tersebut dapat menyebabkan perubahan harga yang lebih cepat ketika investor berusaha untuk menutup posisi mereka. (Lukman Hqeem)