ESANDAR – Euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (19/8/19) setelah sebelumnya mencatat pelemahan empat hari berturut-turut. Meski demikian, pasangan EURUSD ini masih rentan mengalami pelemahan akibat spekulasi stimulus moneter European Central Bank (ECB) dengan jumlah yang besar kini semakin menguat. Pada pukul 15:25 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1103 atau menguat 0,14%, berdasarkan data Refinitiv.
Spekulasi ECB akan memberikan stimulus moneter memang sudah kencang dalam beberapa pekan terakhir, tetapi berapa besarnya yang masih menjadi tanda tanya. Presiden ECB, Mario Draghi, sebelumnya bahkan bersikap tidak terlalu dovish saat mengumumkan kebijakan moneter 25 Juli lalu, membuat pelaku pasar berspekulasi stimulus yang akan diberikan nanti tidak terlalu besar.
Akibat sikap tersebut, pelaku pasar melihat ECB tidak akan terlalu agresif dalam memberikan stimulus moneter. Pemangkasan suku kemungkinan akan dilakukan satu kali saja, dan program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative Easing (QE) juga tidak terlalu besar jumlahnya.
Namun kini hal tersebut berubah setelah anggota dewan ECB, Olli Rehn, pada pekan lalu mengatakan paket stimulus akan diumumkan pada bulan September dan seharusnya memberikan dampak yang maksimal dan signifikan, serta kemungkinan lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar.
Dengan demikian ECB dan bank sentral Amerika Serikat (AS) akan sama-sama agresif dalam memberikan stimulus moneter di tahun ini. ECB akan mengumumkan kebijakan moneter pada 12 September, sepekan kemudian tepatnya 19 September dini hari waktu Indonesia giliran The Fed mengumumkan suku bunga.
The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali di tahun ini, dan pemangkasan pada bulan depan sudah pasti terjadi, begitulah spekulasi pelaku pasar yang dilihat berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CNE Group.
The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan depan dengan probabilitas 88,1%, dan ada probabilitas sebesar 11,9% suku bunga akan dipangkas sebesar 50 bps. Sementara suku bunga saat ini, 2%-2,25% probabilitasnya sebesar 0%. Ini berarti pelaku pasar sangat yakin The Fed akan melakukan pemangkasan di bulan September.
Isu The Fed akan agresif dalam memangkas suku bunga bukan “barang” baru, berbeda dengan ECB yang isunya baru muncul sejak pekan lalu. Sehingga tekanan bagi euro sebenarnya lebih besar. Hanya saja, euro saat ini diuntungkan oleh mulai pulihnya sentimen pelaku pasar setelah adanya harapan dari negosiasi dagang AS-China, serta meredupnya isu currency war atau perang mata uang. AS secara resmi memang menunda kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dikenakan tarif.
Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.
Sementara itu kecemasan akan perang mata uang juga mulai meredup setelah China tidak lagi mendevaluasi kurs yuan secara agresif melawan dolar AS.
Secara teknis, EURUSD masih bergerak di bawah rerata pergerakan 21 hari (MA 21), MA 8 hari serta MA 125 hari . Sementara itu, indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) bergerak naik tetapi masih berada di zona negatif, memberikan gambaran sentimen bearish bagi euro.
Level resisten terdekat berada di kisaran US$ 1,1115, selama tertahan di bawah level tersebut, euro berpeluang memangkas penguatan dan menguji kembali ke area support $ 1,1090. Jika mampu menembus ke bawah support, euro berpotensi melemah ke area US$ 1,1065. Hanya penembusan di atas resisten US$ 1,1115 yang bisa mendorong kenaikan euro lebih lanjut ke area US$ 1,1135.