ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Inggris diperkirakan melambat dalam beberapa bulan pertama tahun 2018 ini karena inflasi yang tinggi, kepercayaan konsumen yang melemah dan ketidakpastian seputar Brexit sehingga menghambat belanja dan investasi yang lebih tinggi.
Jajak bisnis dan konsumen terkini menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah, mengakhiri kinerja yang kuat, bahkan sebelumnya mencapai puncak dengan pertumbuhan PDB menjadi 0,5% pada kuartal terakhir 2017.
Dalam sebuah jajak terhadap pelanggan yang dilakukan Lloyds Bank mengatakan bahwa rumah tangga Inggris sedang berjuang untuk mengatasi kenaikan harga yang telah memaksa mereka untuk belanja dengan hanya berfokus untuk lebih banyak membeli makanan, bensin dan pemanas.
Sebanyak 2000 pemegang rekening bank menjadi narasumber jajak ini, 55% orang mengatakan bahwa mereka lebih mengutamakan belanja keperluan rumah tangga saja. Angka ini lebih besar 17% dari hasil survei setahun sebelumnya. Tahun lalu, hasil jajak dengan pertanyaan yang sama menunjukkan separuh narasumber masih merasa nyaman dengan tingkat inflasi Inggris.
Dalam jajak yang dilakukan pada Desember lalu, sebanyak 70% responden merasa tidak nyaman dengan inflasi saat ini. Bahkan kepercayaan konsumen sangat pesimis melihat tahun ini. Sebagai perbandingan bahwa di kala tahun 2014, hasilnya adalah +30, sedangkan survei terakhir hasilnya -32.
Prospek kepercayaan yang muram tersebut diperkirakan akan memberi motivasi kepada suku bunga Bank of England untuk menjaga suku bubga bank sentral di level 0,5% saat pertemuan suku bunga 2 pekan lagi. Sebelumnya beberapa ekonom dunia telah berspekulasi bahwa kekuatan sektor manufaktur dan tingkat tenaga kerja yang baik akan memicu serangkaian kenaikan suku bunga di tahun ini.
Tetapi hasil survei yang suram dengan kombinasi angka-angka yang menunjukkan pasar perumahan melambat dan industri konstruksi dalam resesi, maka akan ada peran penting bahwa penilaian ekonomi oleh komite suku bunga bahwa melihat produktivitas Inggris masih dipertanyakan kemampuannya.
Managing director Llyods Bank, Robin Bulloch menyatakan bahwa anggaran rumah tangga sedang berada di bawah tekanan, dengan oenurunan yang signifikan dalam proporsi konsumen yang berencana ingin berhemat dalam waktu 6 bulan ke depan, di mana sekitar 45% responden tetap akan berhemat di rentang waktu tersebut, dan merupakan peningkatan sebesar 11% sejak November tahun lalu.
CBI juga menemukan pada akhir pekan lalu bahwa di Inggris sedang terjadi penurunan pesanan dan pertumbuhan penjualan dalam 3 bulan terakhir. Survei CBI dengan responden berjumlah 629 pebisnis Inggris di sektor distribusi, manufaktur dan jasa menunjukkan keseimbangan perusahaan yang melaporkan kenaikan output hanya tumbuh 9% daripada 3 bulan sebelumnya bisa tumbuh sebesar 19%. (Lukman Hqeem)