ESANDAR, Jakarta – Dolar AS melepaskan keuntungan yang diperoleh setelah laporan pekerjaan dibulan Desember yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini disebabkan komentar Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell yang mengatakan bahwa bank sentral akan mengambil pendekatan yang lebih “sabar” untuk kebijakan moneter mereka.
Indeks Dolar AS turun 0,1% ke 96,168 setelah semoat naik ke 96,60 sesaat setelah data yang menunjukkan AS menambahkan 312.000 pekerjaan baru pada bulan Desember. Angka ini cukup bagus karena jauh melebihi perkiraan konsensus yang hanya sebesar 182.000.
Sayangnya memang tingkat pengangguran AS naik menjadi 3,9% dari level terendah 49 tahun di 3,7%. Kenaikan pengangangguran ini dipicu naiknya jumlah orang Amerika yang memasuki usia kerja dalam angkatan kerja naik ke level tertinggi lima tahun secara presentase.
Naiknya Dolar AS mencerminkan harapan bahwa the Fed akan lebih cenderung untuk tetap pada jalur kenaikan suku bunganya. Berpijak pada kondisi ekonomi domestik yang menjanjikan, dimana data pekerjaan yang solid mengurangi kekhawatiran ekonomi AS sudah mulai melambat secara signifikan.
Tetapi kenaikan ini mengayun berbalik, setelah Jerome Powell, dalam sebuah diskusi panel bersama para pendahulunya Janet Yellen dan Ben Bernanke, menekankan bahwa bank sentral tidak akan mendorong suku bunga lebih tinggi atau terus menyusutkan neraca tanpa memperhitungkan biaya.
“Kami akan siap untuk menyesuaikan kebijakan dengan cepat dan efektif,” katanya.
Pernyataan Jerome Powell yang demikian ini dianggao bernada dovish, lebih kalem ketika berbicara pada panel di American Economic Association di Atalanta. Pernyataan menetralisir laporan ketenagakerjaan Desember yang superlative. Kondisi ini meredakan kekhawatiran investor di pasar keuangan. Sehingga permintaan Dolar AS sebagai Safe Haven berkurang.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mengkonfirmasi bahwa delegasi pejabat AS akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk putaran baru pembicaraan perdagangan pada hari Senin dan Selasa. Sentimen ini juga memperkuat faktor melemahnya Dolar AS setelah bank sentral China pada hari Jumat memangkas rasio kas yang harus dimiliki bank sebagai cadangan sebesar 100 basis poin, atau 1%. Langkah PBOC ini dianggap bisa membantu mengurangi risiko China dari perlambatan ekonomi yang lebih tajam.
Naiknya minat investor pada aset yang beresiko terkonfirmasi dari perdagangan di lantai bursa saham AS yang mengalami lonjakan. Bursa mampu berbalik lebih dari penurunan tajam di hari sebelumnya. Lonjakan indek bursa dipicu oleh survei yang jauh lebih dingin dari yang diperkirakan pada sektor manufaktur AS.
Euro dalam perdagangan EURUSD, berpindah tangan ke $ 1,1405, naik dari $ 1,1395. Pada hari Kamis, Yen melonjak setelah turun akibat perkiraan penjualan Apple. Dolar dalam perdagangan USDJPY, naik ke 108,46 yen, naik dari 107,66. Poundsterling dalam perdagangan GBPUSD, naik ke $ 1,2744 versus $ 1,2634. (Lukman Hqeem)