ESANDAR, Jakarta – Dolar AS semakin tak berdaya pada perdagangan Jumat (12/01/2018) menghadapi tekanan dari seluruh rivalnya. Mata uang AS terus turun ke posisi terendah dalam empat bulan ini. Indek Dolar AS turun 1,03% di 90,90, menembus 91,00 untuk pertama kalinya sejak 8 September 2017.
Sejumlah data ekonomi yang baik tidak juga membantu Dolar AS menguat. Momentun ini dimanfaatkan lawan-lawannya dengan baik dan menghajar Dolar AS. Euro bahkan sanggup mendorong Dolar AS hingga dia bisa berada diposisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini.
Penguatan Euro ini juga didukung aksi oleh European Central Bank (ECB) yang mengatakan dapat mempertimbangkan perubahan bertahap dalam panduan ke depannya dari awal tahun 2018, demikian menurut risalah rapat pada bulan Desember yang dirilis pada hari Kamis.
Sedangkan pound sterling terbantu oleh pernyataan dua menteri keuangan dari Spanyol dan Belanda yang mendukung Inggris untuk bisa keluar dari Uni Eropa dengan tanpa guncangan, Soft Brexit. Euro dan Poundsterling ditutup naik masing-masing 1,29% di $1,2187 dan GBPUSD dengan naik 1,43% di $1,3732.
Yen menguat terhadap Dolar AS dengan turun 0,2% di ¥111,02, sementara Swiss franc menguat cukup tajam terhadap dolar AS dengan turun 0,78% menjadi Fr 0,9679. Di sesi yang sama dolar Australia pulih dengan AUDUSD berakhir lebih tinggi 0,27% di $0,7911 dari penutupan sesi sebelumnya di $0,7890. Sedangkan sepupunya yaitu dolar Selandia Baru melemah sedikit dengan NZDUSD berakhir turun tipis 0,08% di $0,7256 namun pada catatan penutupan mingguan pasangan mata uang tersebut berakhir positif 1,07%.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel naik 0,4% di bulan Desember, sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Penjualan ritel inti, yang mengecualikan penjualan mobil, meningkat sebesar 0,4%, juga sejalan dengan ekspektasi. Sebuah laporan terpisah menunjukkan bahwa indeks harga konsumen AS naik 0,1% pada bulan Desember, di bawah perkiraan untuk kenaikan 0,2%. Core CPI, indeks harga konsumen yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 0,3% bulan lalu, di atas ekspektasi kenaikan 0,2%. (Lukman Hqeem)