ESANDAR, Jakarta – Cerahnya harapan rancangan UU Reformasi Perpajakan AS bisa lolos diakhir tahun ini, mendorong kenaikan Dolar AS. Indek Dolar AS naik 0,18% ke 93,22.
Pada perdagangan hari Selasa (05/12/2017) Dolar AS terus melanjutkan penguatannya. Harapan yang lebih baik paska lolosnya RUU Perpajakan pada akhir pekan lalu ditingkat Senat, membuka harapan kenaikan permintaan Dolar AS.
Permintaan dolar AS terus didukung oleh ekspektasi bahwa pemotongan pajak untuk korporasi akan merangsang ekonomi AS dan juga mendorong imbal hasil Treasury lebih tinggi, karena pemerintah menjadi lebih bergantung pada hutang dengan berkurangnya pendapatan pajak.
Dsisi lain, dengan adanya dorongan terhadap perekonomian ini akan memperkuat alasan The Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat. Kenaikan suku bunga akan kembali mendorong dolar AS menguat. Mata uang AS ini akan menjadi lebih menarik bagi investor yang mencari imbal hasil.
Partai Republik bersiap mengusung RUU Perpajakan ke Gedung Putih sebelum Natal. Diyakini bahwa akan ada kompromi antara RUU Perpajakan yang lolos dari Senat dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Para wakil rakyat akan menggodog kembali RUU tersebut sebelum dibawa ke Presiden Donald Trump untuk diundangkan.
Dolar AS menguat terhadap yen, dimana naik 0,18% menjadi ¥112,68. Euro sendiri mendapat tekanan, sehingga tergelincir 0,13% menjadi $1,1845. Poundsterling turun tajam. Pada perdagangan GBPUSD turun 0,73% menjadi 1,3370. Sentimen negatif berasal dari kegagalan kesepakatan Inggris – Uni Eropa dalam masalah Brexit. Pound sterling juga melemah terhadap euro, dengan EUR/GBP naik 0,61% menjadi £0,8867.
Sementara itu, dolar Australia naik terdorong oleh data penjualan ritel domestik yang kuat, dengan AUD/USD naik 0,59% menjadi $0,7642. Aussie menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan Reserve Bank of Australia (RBA) yang mempertahankan suku bunga bertahan pada rekor rendah 1,5%. Dolar Selandia Baru mengikuti Aussie lebih tinggi, dengan NZD/USD naik 0,25% menjadi $0,6877.
Para investor akan memperhatikan kembali indikator ekonomi AS yang terbit hari ini. Data neraca perdagangan dan ISM non manufacturing akan menjadi sorotan. (Lukman Hqeem)