Jatuhnya bursa saham diakibatkan oleh keresahan investor atas kebijakan ekonomi Cina, terutama karena kekhawatiran perang dagang yang terus membayang. Kenaikan imbal hasil obligasi AS menjadi sumber utama selain masalah yang muncul dari risiko disfungsi politik di Eropa.
Ketegangan perang dagang AS – China masih jauh dari mereda. Hal ini menjadi angin segar bagi Emas untuk naik kembali. Jeff Wright, wakil presiden eksekutif perusahaan eksplorasi mineral GoldMining Inc., mengungkapkan bahwa pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan rekan Cina-nya berlangsung tegang.
Kemudian datang berita tentang pengunduran diri tiba-tiba Duta Besar PBB Nikki Hailey, meskipun dia tidak akan pergi sampai akhir tahun. Kedua peristiwa ini telah menyebabkan AS. dollar bergerak turun dan menimbulkan minat safe-haven , aktivitas short-covering ini mampu mengangkat harga emas.
Harga Emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember naik $ 2,90, atau 0,2%, menetap di harga $ 1,191.50 per troy ons. Kontrak tersebut ditutup pada $ 1,188.60 pada hari Senin, tercatat sebagai penutupan terendahnya sejak 27 September. Indek dolar AS turun sekitar 0,1% menjadi 95,708. Meski turun, namun indek Dolar masih lebih tinggi hampir 4% sepanjang tahun ini. Hal ini membuat harga emas terkoreksi sejauh ini sekitar 9% dalam rentang yang sama.
Federal Reserve telah meningkatkan suku bunga tiga kali pada 2018 dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya pada bulan Desember. Langkah ini dapat mendorong kenaikan suku bunga surat utang negara, yang bebas risiko dan melemahkan selera investor untuk membeli logam mulia. Meski demikian, pasar saham juga rentan terhadap meningkatnya imbal hasil obligasi. Kejatuhan pasar saham akibat kenaikan ini, akan membuka peluang dan minat investor membeli emas kembali. (Lukman Hqeem)