ESANDAR, Jakarta – Dolar Amerika Serikat (AS) terpaksa memangkas penguatan sebelumnya terhadap yen pada sesi Senin setelah Presiden AS AS Donald Trump mengatakan akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran sebagai tanggapan atas jatuhnya pesawat tak berawak AS di Teheran minggu lalu.
Sejak sesi Kamis pekan lalu, greenback terlihat berusaha menahan tekanan dari yen di tengah memanasnya hubungan AS dan seterunya di kawasan Timur tengah itu.
Kondisi geopolitik tersebut, berpadu dengan prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve, pun menjadi pendorong kuat bagi laju bullish harga emas, yang pada Selasa pagi masih bergerak naik hingga ke harga tertinggi sejak Agustus 2013.
Dolar AS juga tertekan oleh mata uang utama lainnya, terutama dolar Australia dan euro. Sedangkan terhadap pound sterling yang masih dilanda potensi hard Brexit, greenback masih mampu memberikan tekanan.
Selanjtnya para pelaku pasar forex dan emas bakal tetap memantau situasi AS-Iran sambil menunggu apakah Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping setidaknya akan menyerukan gencatan senjata pada perang dagang mereka pada pertemuan puncak di Jepang akhir pekan ini.
Baik China dan AS harus melakukan kompromi dalam pembicaraan perdagangan, Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen mengatakan pada hari Senin.
Para pelaku pasar percaya bahwa jika Washington dan Beijing gagal mengembalikan retorika mereka yang memanas pada perdagangan, maka The Fed akan dipaksa untuk memangkas suku bunga untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih luas yang diakibatkan oleh kenaikan tarif impor AS.
Perdagangan suku bunga berjangka menyiratkan para pedagang melihat peluang sebesar 100% The Fed akan memangkas suku bunga pada akhir Juli, dan potensi penurunan suku bunga dua kali lagi setelahnya.
Para pedagang juga akan memperhatikan indeks keyakinan konsumen AS pada malam hari nanti yang diperkirakan turun dari 134,1 ke 132,0. Jika perkiraan para ekonom terbukti, beban bagi dolar AS bakal semakin berat untuk dipikulnya.