Dolar AS Menguat

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Ditengah tingginya ekspektasi akan pemangkasan suku bunga Fed pada pertemuan FOMC di akhir bulan ini, Dolar AS justru mampu menguat kembali dalam perdagangan di hari Selasa (23/07/2019). Dorongan kenaikan kali ini bersumber dari kesepakatan yang tercapai antara Pemerintah dengan Kongres AS terkait anggaran pemerintah. Keberhasilan ini menghindarkan resiko berhentinya operasional pemerintah AS, Shutdown Government – sebagaimana yang terjadi sebelumnya.

Disisi lain, bagi Departemen Keuangan AS kesepakatan ini dapat meningkatkan pinjaman jangka pendek untuk membangun kembali tumpukan uang tunai yang telah berkurang menjadi sekitar $195 miliar dari $423 miliar pada akhir April, demikian menurut analis Morgan Stanley. Peningkatan pinjaman AS akan mengurangi uang dalam sistem perbankan, yang dipandang mendukung untuk greenback. “Kelebihan cadangan harus menurun, mendukung pinjaman (dolar),” jelas mereka.

Dolar AS semakin menarik minat investor setelah Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan AS pada 2019 sambil menurunkan prospek pertumbuhan globalnya.

Sementara dukungan bagi Dolar AS juga datang paska laporan Bloomberg bahwa pata perunding AS akan menuju ke China untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan. Indek Dolar AS naik 0,47% ke 97,716. Sempat menyentuh 97,718, sebagai level tertinggi dalam sekitar lima minggu ini.

Dalam perdagangan mata uang, penguatan Dolar AS ini membuat lawan-lawannya terdepresiasi. Euro akhirnya melemah, juga disebabkan oleh sentiment domestik dimana para investor bersiap menyambut berita stimulus baru dari European Central Bank (ECB). Pelaku pasar yakin bahwa ECB akan memangkas suku bunga deposito sebanyak 10 basis poin, juga kemungkinan diputuskan pula syarat yang lebih lunak untuk pinjaman multi-tahun.

Mata uang tunggal zona euro jatuh ke $1,1148, terendah sejak 31 Mei. Mata uang itu bertahan di $1,1150, turun 0,52% pada hari Selasa. Euro turun 0,16% menjadi 120,72 yen setelah menyentuh 120,49, terendah sejak 3 Januari.

Pada perdagangan dengan Poundsterling, mata uang Inggris ini harus tergelincir setelah Boris Johnson dipastikan menggantikan Theresa May sebagai perdana menteri. Boris yang dikenal sebagai pribadi yang pro Brexit garis keras, menegaskan kemungkinan Inggris melakukan Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa, hard brexit pada Oktober nanti.

Poundsterling turun 0,31% pada $1,244, dekat dari harga terendah 27-bulan $1,2382 yang dicapai minggu lalu. GBPUSD bergerak naik 0,23% lebih tinggi terhadap euro pada 89,615 pence setelah mencapai terendah enam bulan di 90,51 minggu lalu. (Lukman Hqeem)