Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS ditutup lebih tinggi dalam perdagangan di hari Selasa (23/07/2019) karena berita adanya kemajuan dalam perundingan AS- China, pengumuman sementara House dan Kongres mengenai anggaran federal dan plafon utang serta laporan pendapatan perusahaan yang baik.

Pendapatan emiten bursa banyak yang lebih baik dari perkiraan, diantaranya dari komponen Dow Jones yaitu Coca-Cola dan United Technologies yang melakukan paparan sebelum pembukaan perdagangan juga membantu bursa saham naik untuk hari kedua.

Indek Dow Jones ditutup naik 177 poin pada 27.349, sedangkan indek S&P 500 naik 20 poin menjadi 3.005 dan Indek Nasdaq berakhir naik 47 poin pada 8.251. Hasil penutupan Dow Jones ini merupakan yang tertinggi kedua setelah dua hari kenaikan dan berakhir di posisi tertinggi sejak 15 Juli. S&P 500 berakhir pada tertinggi ketiga dan sekarang hanya 0,29% dari rekor penutupan 3014, yang dicapai pada hari Senin, 15 Juli 2019 .

Menariknya pergerakan pasar di hari Selasa bagi Dow Jones adalah tidak memiliki pergerakan sebesar 1% di kedua arahnya, ini merupakan yang ke 24 hari beruntun. Sebagai kenaikan terpanjang sejak Agustus – Oktober 2018 ketika bergerak selama 30 hari tanpa pergerakan 1%. Demikian pula, S&P 500 tidak memiliki pergerakan 1% di kedua arah selama 31 hari perdagangan, beruntun terpanjang sejak Juni-Oktober 2018 ketika bergerak 74 hari tanpa melangkah 1%.

Sentimen fundamental utama yang mendorong pasar adalah perkembangan perundingan China dan AS yang dilakukan sejak Senin. Sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg bahwa delegasi perundingan AS bertolak ke Beijing pada hari Senin. Delegasi ini dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan mereka akan berada di China hingga Rabu. Sebelumnya South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong juga melaporkan bahwa para perunding A.S. kemungkinan akan mengunjungi Cina minggu depan.

Dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini telah terkunci dalam perang dagang setelah ada kenaikan tarif 25% yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump atas $ 200 miliar produk Cina. Cina telah membalas dengan tarif mereka sendiri yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Bursa saham mendapat dukungan dalam perdagangan di hari sebelumnya dari keputusan kongres. Dimana ada kesepakatan anggaran dengan Gedung Putih, yang berarti ada pula kenaikan plafon utang pemerintah federal. Jika disetujui oleh DPR dan Senat, kesepakatan itu kemungkinan akan menghindari terulangnya penutupan pemerintah yang mengganggu Washington pada awal 2018 dan sekali lagi pada awal 2019.

Terhindarnya Government Shutdown ini adalah berita baik yang murni. Dengan kesepakatan ini, pemerintah dapat meminjam dana untuk membelanjakan uang yang telah dijanjikannya untuk dibelanjakan, kita dapat menghindari krisis yang sepenuhnya tidak perlu, yang didorong oleh politik yang dapat menyebabkan kerusakan ekonomi nyata.

Paparan emiten juga lebih baik dari perkiraan, dimana Coca-Cola dan United Technologies melakukannya sebelum pembukaan perdagangan. Lebih dari 18% perusahaan yang ada di bursa S&P 500 telah memposting angka pendapatan triwulanan pada musim pendapatan ini. Dari perusahaan-perusahaan tersebut, lebih dari 78% melaporkan laba yang lebih baik dari perkiraan, menurut data FactSet. Perusahaan-perusahaan itu juga telah melihat pendapatan mereka tumbuh sebesar 3,6%.

Visa , Chipotle dan Snap akan melakukan paparan setelah penutupan perdagangan. Selain itu emiten raksasa lain yang akan ditunggu dalam minggu ini adalah Amazon.com , Alphabet, Caterpillar , MCD McDonald, dan BA yang masih harus dilaporkan.

Wall Street juga mengharapkan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin ketika bertemu pada akhir Juli, dan para ekonom mengharapkan Bank Sentral Eropa untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan Kamis.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional mengatakan dalam laporan World Economic Outlook bahwa ekonomi global diperkirakan akan meningkat sebesar 3,2% pada tahun 2019, turun 0,1 poin persentase dari perkiraan April dan 0,3 poin persentase di bawah perkiraan pada awal tahun. (Lukman Hqeem)