Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Dolar AS jatuh ke level terendah dalam dua minggu ini terhadap sekeranjang mata uang, bahkan ke posisi terendah dalam tujuh bulan ini terhadap yen Jepang. Jatuhnya nilai Dolar AS sebagai respon melonjaknya pasar saham sehingga mengurangi permintaan untuk greenback. Derita Dolar AS makin hebat setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya tetap longgar.

Risk Appetite terjadi di bursa saham AS setelah hasil terkini pemilihan umum menunjukkan kepemimpinan Joe Biden atas Donald Trump. Meski Partai Republik masih mempertahankan kendali atas Senat, sehingga sedikit meredakan kekhawatiran adanya perubahan kebijakan besar yang dapat merugikan perusahaan Amerika di bawah Pemerintahan Joe Biden.

Hingga Jumat (06/11/2020), Joe Biden memimpin perolehan suara electoral sebesar 264 sementara Donald Trump masih 214. Untuk mengklaim kemenangan, harus mengantongi setidaknya 270 suara electoral. Semakin dekatnya Biden ke Gedung Putih membuat kubu Donald Trump makin panas dan meluncurkan serangkaian tuntutan hukum dengan harapan bisa memperlambat lawannya.

Namun demikian, apa yang disebut “gelombang biru,” oleh pasar bila Demokrat mengambil kendali atas Senat dalam pemilihan kongres, tampak tidak mungkin terjadi. Disisi lain, investor menyukai gagasan presiden adalah dari Demokrat namun berharap Senat masih dikuasai Republik sehingga ada stabilitas dalam proses transisi kekuasaan dan kebijakan.

Indeks dolar turun 0,95% menjadi 92,51. Dalam perdagangan mata uang, pasangan EURUSD melonjak 0,99% menjadi $ 1,1838. Dolar turun 0,95% terhadap yen Jepang menjadi 103,49 yen, sebagai posisi terendah sejak 12 Maret. Saat ini menembus level support pada 104 yen dan kemungkinan akan menuju ke area resisten.

Dolar telah dirugikan oleh kebijakan suku bunga nol oleh Fed dan kebijakan pembelian obligasi yang sedang berlangsung. Bank sentral AS melakukan kebijakan moneter yang longgar tersebut untuk merangsang pertumbuhan ekonomi setelah dirusak oleh penutupan aktifitas bisnis karena wabah COVID-19. Pada hari Kamis waktu setempat, Bank sentral AS berjanji lagi untuk melakukan apa pun dalam beberapa bulan mendatang untuk mempertahankan pemulihan ekonomi AS.

Pernyataan ini hampir tidak berubah dari pesan dalam pertemuan sebelumnya. Fed mungkin perlu bertindak lebih jauh untuk meningkatkan ekonomi jika tidak ada pengeluaran fiskal yang besar, meskipun bisa jadi ini mengindikasikan bahwa Fed telah kehabisan amunisinya.  Jika imbal hasil Treasury naik secara berarti, Fed diharapkan untuk mengalihkan lebih banyak pembelian obligasi ke hutang yang lebih lama untuk menjaga suku bunga tetap rendah.