ESANDAR – Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama untuk ketiga kalinya secara berturut-turut pada perdagangan di hari Jumat (03/04/2020), dimana Para investor berlindung dalam mata uang AS di tengah memburuknya dampak ekonomi dari wabah koronavirus. Sejumlah data yang buruk datang dari Eropa, Inggris, Italia, sehingga membuat investor semakin was-was dan memburu asset safe haven, seperti Obligasi dan Dolar AS.
Dolar disisi lain, justru mengabaikan laporan angka penggajian di sektor non-pertanian (Non farm payrolls) AS yang menunjukkan hilangnya pekerjaan besar-besaran sebesar 701.000 bulan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi 100.000 kehilangan pekerjaan. Kontraksi terjadi di tingkat lapangan kerja di bulan Maret yang tiba-tiba mengakhiri kenaikan sepanjang 113 bulan berturut-turut pertumbuhan lapangan kerja secara historis. Departemen Tenaga Kerja juga merevisi angka Februari hingga 275.000 peningkatan pekerjaan. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari 3,5% bulan sebelumnya.
Jatuhnya angka gaji di sektor non-pertanian pada bulan Maret, yang sudah dekat dengan penurunan bulanan terburuk selama krisis keuangan global, menunjukkan pandemi coronavirus mulai memusnahkan ekonomi bahkan lebih cepat dari yang di duga. Laporan penggajian non-pertanian mengikuti data Kamis yang menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS naik menjadi 6,65 juta pada minggu terakhir dari 3,3 juta yang tidak direvisi pada minggu sebelumnya.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar AS naik 0,4% pada 100,61. Indeks mencatat kenaikan 2,3% pada minggu ini, setelah whipsawed bulan lalu dari tertinggi pada perebutan uang sebelum merosot karena Federal Reserve AS membanjiri pasar dengan likuiditas. Euro turun 0,4% terhadap dolar pada $ 1,0810, pada langkah untuk kerugian mingguan 2,9%. Keragu-raguan di antara pemerintah zona euro tentang paket penyelamatan untuk ekonomi daerah yang tertatih-tatih telah melemahkan euro dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan mata uang lainnya, Yen Jepang, franc Swiss, Poundsterling, dan juga dolar Australia dan Selandia Baru semua melemah karena dolar menguat secara menyeluruh. Dolar terakhir naik 0,5% pada 108,42 yen.
Ketika aksi Lockdown berlanjut, dampak ekonomi dari epidemi menjadi lebih nyata, dengan indeks manajer pembelian di zona euro dan Inggris pada hari Jumat menunjukkan penurunan dalam aktivitas bisnis. Masalahnya adalah walaupun semua hal yang telah dilakukan pemerintah sangat positif, mereka seperti pembayaran kesejahteraan tambahan dan mereka tidak dapat melakukan lebih dari itu. Ketika keluar dari lockdown, semua orang akan di-sinkronisasi. Cina keluar dulu, lalu Italia keluar. Tetapi dunia ini begitu saling terkait.