ESANDAR – Dalam laporan ekonomi terkini, defisit perdagangan Amerika Serikat melonjak hampir 9% pada bulan April. Ini merupakan level tertinggi dalam satu setengah tahun, karena peningkatan impor, sebuah tanda bahwa perekonomian AS yang terus tumbuh masih memiliki banyak permintaan. Defisit dilaporkan meningkat menjadi $74,6 miliar pada bulan April dari $68,6 miliar pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah AS.
Kesenjangan perdagangan yang lebih besar dapat membebani produk domestik bruto (PDB), yang merupakan ukuran resmi perekonomian AS, pada kuartal kedua. Defisit yang lebih besar juga menekan PDB kuartal pertama. Namun peningkatan defisit pada bulan April sebagian besar disebabkan oleh peningkatan permintaan mobil dan pasokan industri, yang akan menjadi pertanda positif bagi perekonomian AS. Dolar AS yang kuat juga membuat barang-barang asing menjadi lebih murah dan perjalanan ke luar negeri relatif lebih murah bagi warga Amerika.
Data menyebutkan bahwa impor naik 2,4% menjadi $338,2 miliar pada bulan April. Itu merupakan level tertinggi sejak impor mencatat rekor pada pertengahan tahun 2022. AS mengimpor lebih banyak mobil, aksesori komputer, dan apa yang disebut barang modal yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan Amerika untuk memproduksi barang dan jasa mereka.
Sementara Ekspor naik 0,8% bulan lalu menjadi $263,7 miliar, hanya sedikit di bawah angka tertinggi sepanjang masa. AS mengirimkan lebih banyak obat-obatan farmasi. Namun, penguatan dolar dapat menghambat ekspor AS.
Secara garis besar, defisit perdagangan AS yang besar mencerminkan perekonomian AS yang lebih kuat dibandingkan negara-negara lain dan dolar yang lebih kuat yang membuat barang-barang asing lebih murah untuk dibeli. Namun, peningkatan defisit mengurangi PDB dan mungkin akan terjadi lagi pada kuartal kedua. Namun hal ini tidak berarti perekonomian melemah.
Peningkatan ini membuat perdagangan bersih berada pada jalur yang akan menyeret pertumbuhan PDB lagi pada kuartal kedua. Penguatan impor barang modal merupakan kabar baik bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
Sebelumnya dilaporkan pula bahwa tingkat produktivitas AS pada kuartal pertama direvisi turun menjadi 0,2%. Jauh di bawah rata-rata tingkat 2,8% selama empat kuartal terakhir. Awalnya dilaporkan naik sebesar 0,3% dalam laporan pada bulan lalu. Disisi sejumlah ekonom yang disurvei oleh Wall Street Journal memperkirakan angka yang datar pada kuartal pertama. Sedikit kenaikan pada kuartal pertama turun tajam dari rata-rata 2,8% selama empat kuartal tahun 2023.
Produksifitas atas barang dan jasa yang, sedikit lebih lemah dibandingkan yang dilaporkan sebelumnya. Kenaikannya diturunkan menjadi 0,9% dari 1,3%. Jam kerja direvisi turun sedikit untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 0,6% dibandingkan dengan kenaikan awal sebesar 1%. Biaya unit tenaga kerja direvisi turun menjadi kenaikan 4% dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,7%. Angka tersebut jauh lebih kuat dibandingkan penurunan sebesar 2,8% pada kuartal keempat.
Secara garis besar penurunan produktivitas disebabkan oleh revisi ke bawah terhadap pertumbuhan PDB yang dilaporkan minggu lalu. Para ekonom memperkirakan produktivitas akan pulih pada akhir tahun ini. Dunia usaha cenderung menerapkan strategi penghematan tenaga kerja untuk menghindari kenaikan upah yang berdampak pada margin keuntungan. Kenaikan besar dalam kompensasi pada kuartal pertama merupakan pengingat bahwa tekanan inflasi belum mereda.