Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga emas melemah pada Rabu (05/04/2024) seiring penguatan dolarAS. Sementara investor fokus pada laporan non-farm payrolls AS yang akan dirilis akhir pekan ini untuk mendapatkan isyarat lebih lanjut mengenai rencana penurunan suku bunga Federal Reserve.

Harga emas di pasar spot turun 0,1% menjadi $2,326.08 per ounce, pada 01.22 WIB, setelah turun 1% pada hari Selasa. Sementara harga emas di bursa berjangka AS turun tipis 0,1% menjadi $2,345.80.

Indeks dolar naik tipis 0,1%, membuat emas batangan kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Penguatan dolar yang tiada henti di masa lalu akan memberi jalan bagi pelemahan kecil selama 12 bulan ke depan, menurut ahli strategi FX dalam jajak pendapat Reuters, yang secara umum setuju bahwa dolar dinilai terlalu tinggi.

Lowongan pekerjaan di AS turun lebih besar dari perkiraan pada bulan April, karena kondisi pasar tenaga kerja melemah sehingga dapat membantu upaya The Fed melawan inflasi. Investor kini menunggu data non-farm payrolls yang dirilis pada hari Jumat untuk mengukur kesehatan perekonomian AS dan apakah data tersebut akan menghalangi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September.

Para pedagang saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 65% pada bulan September, CME FedWatch Tools. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi opportunity cost memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Aksi beli emas masih ramai dilakukan oleh bank-bank sentral dengan pembelian bersih mengalami kenaikan sebesar 33 metrik ton di bulan April dari revisi pembelian bersih sebesar 3 ton di bulan Maret, demikian menurut data Dewan Emas Dunia (WGC). Hasil ini menunjukkan minat berkelanjutan yang kuat dari sektor ini meskipun harga logam tersebut tinggi.

Data lain menunjukkan bahwa ekspor emas Swiss turun pada bulan April dibandingkan bulan Maret karena peningkatan pasokan ke India dan Turki diimbangi dengan penurunan pengiriman ke Tiongkok dan Hong Kong, menurut data bea cukai.