ESANDAR, Jakarta – Tensi perang dagang semakin memanas setelah Cina menyiapkan tarif impor balasan untuk Amerika Serikat (AS). Pemerintah Cina berencana mengenakan tarif baru pada US$60 miliar (Rp 864 triliun) produk AS.
Tindakan ini sebagai balasan atas rencana pemerintah AS yang menargetkan kenaikan tarif pada US$200 miliar produk Cina. Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump telah memerintahkan jajarannya untuk mengkaji kenaikan tarif menjadi 25% pada US$200 miliar produk Cina.
Produk yang ditargetkan tarif terbaru ini adalah produk pertanian dan energi, termasuk gas alam cair (LNG) hingga pesawat. Hal ini diumumkan Jumat (03/08) karena melihat prospek pembicaraan perang dagang dengan AS semakin tidak jelas. Tarif ini dianggap sebagai salah satu senjata utama Beijing dalam bidang energi dan komoditas dalam perang dagang dengan Washington.
Dari sisi nilai, impor LNG AS sebenarnya tidak terlalu besar ketimbang impor minyak mentah AS yang menyentuh US$12 miliar pada tahun depan. Tetapi nilai impor bisa meningkat menjadi US$9 miliar karena Cina sedang berusaha mengalihkan penggunaan rumah tangga dari batu bara ke LNG.
American Petroleum Institute, sebuah asosiasi perdagangan yang anggotanya termasuk Exxon Mobil Corp, Chevron Corp dan ConocoPhillips mengatakan tarif baru Cina akan merugikan pekerja Amerika. “Cina adalah importir LNG terbesar ketiga di AS, tetapi LNG AS hanya merupakan bagian kecil dari portofolio pasokan Cina, yang menunjukkan bahwa perselisihan perdagangan ini akan merugikan Amerika ketimbang Cina,” ujar Kyle Isakower, wakil API presiden untuk kebijakan regulasi dan ekonomi.
Barang AS lainnya yang ditargetkan oleh Cina dalam daftar terbaru termasuk semikonduktor, beberapa helikopter, pesawat kecil hingga menengah, kondom, bijih besi, produk baja, kopi panggang, gula, makanan yang mengandung cokelat, permen, dan bahkan kaca mobil. Impor terbesar Cina dari AS berdasarkan nilai pada tahun 2017 adalah pesawat terbang dan peralatan terkait, kedelai, dan otomotif.
Cina kini telah memberlakukan tarif tinggi atas US$ 110 miliar barang-barang AS, yang mewakili sebagian besar impor tahunan Cina atas produk-produk Amerika. Tahun lalu, Cina mengimpor sekitar US$130 miliar barang AS. Kementerian keuangan Cina meluncurkan daftar tarif tambahan baru pada 5.207 barang yang diimpor dari AS, dengan pungutan tambahan mulai dari 5-25 persen.
Amerika Serikat dan Cina menerapkan tarif tinggi kepada senilai US$ 34 miliar. Washington diperkirakan akan segera menerapkan tarif tambahan pada US$ 16 miliar barang-barang Cina. Pemberlakuannya tergantung tindakan AS, Kementerian Perdagangan Cina mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah.
“Pihak AS telah berulang kali meningkatkan situasi terhadap kepentingan perusahaan dan konsumen,” katanya, seperti dilansir Reuters. “Cina harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan martabatnya dan kepentingan rakyatnya, perdagangan bebas dan sistem multilateral.”
Sebaliknya, penasihat utama Presiden AS Donald Trump mengatakan ketentuan baru yang diusulkan tidak separah yang telah diinginkan Gedung Putih, dan dia memperingatkan Cina untuk tidak menguji tekad Trump. “Mereka sebaiknya tidak meremehkan presiden,” ujar Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan dalam sebuah wawancara di Fox Business Network. “Dia akan berdiri tegar.” (Lukman Hqeem)