Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Bursa saham Asia naik diawal perdagangan Jumat (30/08/2019) di tengah berita bahwa para pejabat Cina lebih berminat melakukan perundingan dagang baru, alih-alih menanggapi kenaikan tariff baru dari AS dengan membalasnya.

Kementerian Perdagangan China pada hari Kamis mengatakan bahwa China tidak akan segera menanggapi kenaikan tarif terbaru Pemerintahan Trump , sebagaimana di antaranya dijadwalkan berlaku mulai 1 September. Juru bicara itu menambahkan bahwa kedua pihak telah membahas rincian tatap muka baru. menghadapi pembicaraan perdagangan yang dijadwalkan untuk bulan depan.

Hal ini sebelumnya telah mendorong bursa saham Wall Street di hari Kamis dengan kenaikan. Indek utama masing-masing naik lebih dari 1,2%. Indek S&P 500 naik 1,3% menjadi 2.924,58. Indek Dow Jones  naik 1,3% menjadi 26,362.25. Indek Nasdaq naik 1,5% menjadi 7.973,39. S&P 500 berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama dalam lima minggu.

Indek saham Asia nampak mengikuti jejaknya. Indek Nikkei Jepang naik 1,2% dan Indek Hang Seng Hong Kong naik 0,5%. Indek Kospi Korea Selatannaik 1,8% karena bank sentral negara itu mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah, seperti yang diperkirakan para analis.

Sejumlah saham individu menarik mata investor, Japan Steel Works melonjak di perdagangan Tokyo, sementara Rakuten, pembuat robotika Fanuc dan SoftBank naik juga. Di Hong Kong, produsen minyak CNOOC dan pemasok Apple Sunny Optical naik, bersama dengan Tencent dan AIA Group. Samsung, LG Electronics dan SK Hynix melonjak di Korea Selatan.

Keyakinan investor kembali pulih didorong oleh pernyataan pemerintah China bahwa hukumannya terhadap impor A.S. memadai. Hal ini mengisyaratkan bahwa Beijing mungkin akan berhenti dalam siklus kenaikan tarif oleh kedua belah pihak yang telah memicu kekhawatiran perjuangan itu akan membawa ekonomi global ke dalam resesi.

Komentar China ini dianggap pelaku pasar sebagai bantuan yang bersifat sementara untuk pasar. Perlu diwaspadai pandangan bahwa Beijing mereka dengan mudah juga dapat menunda kesepakatan sampai pemilihan AS tahun 2020. Strategi ini akan menguntungkan Beijing, mengingat akan lebih diuntungkan jika Trump berada di bawah tekanan selama kampanye pemilihan ulang – atau mungkin bertahan untuk bernegosiasi dengan penggantinya jika ia kalah. Hal inilah yang akan membuat ketidak pastian perdagangan berkepanjangan.

Washington dan Beijing menemui jalan buntu dalam pembicaraan mengenai keluhan A.S. tentang surplus perdagangan China dan rencana industri yang menurut mitra dagangnya didasarkan pada mencuri atau menekan perusahaan untuk menyerahkan teknologi. Kenaikan tarif yang ketat untuk kedua belah pihak telah menekan perdagangan, mendorong kekhawatiran bahwa pertarungan itu mungkin akan mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

Para perunding dijadwalkan bertemu bulan depan di Washington setelah putaran pembicaraan terakhir Juli di Shanghai tidak menghasilkan tanda-tanda kemajuan. (Lukman Hqeem)