Bursa saham - Jatuh

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS, setelah melesat tinggi tahun ini, diperkirakan rawan terkoreksi hingga 40% dalam dua hingga tiga tahun kedepan. Bila ini terjadi, kenaikan bursa saham sepanjang dua tahun terakhir ini bisa terhapus.

Demikian peringatan yang disampaikan oleh Co. Presiden JP. Morgan, Daniel Pinto. Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television pada hari Kamis (08/03) ia mengatakan, “Kami tahu akan ada koreksi di beberapa titik.” Koreksi biasanya didefinisikan lebih dari 10 % turun dari puncak pasar baru-baru ini. Penurunan 40% akan menghapus keuntungan baru-baru ini untuk bursa saham AS. Bursa S&P 500 telah rally 38% selama dua tahun terakhir, sedangkan Dow Jones telah melonjak 45% pada periode tersebut.

Prediksi Pinto didasari atas kecemasan para pedagang atas kemungkinan dampak kenaikan tariff impor Baja dan Almunium oleh Presiden Donald Trump. Trump menandatangani tatanan tariff, dengan mengecualikan sejumlah mitra dagang utama seperti Kanada dan Meksiko.  Jika Trump memperluas langkah-langkah perdagangan, ada risiko bahwa hal itu bisa memancing pedagang, kata Pinto.

Lebih lanjut, Pinto menilai bahwa 2-3 tahun kedepan, akan menghantarkan bursa pada akhir siklus dan pasar akan menjadi gugup. Nervous untuk apapun yang berhubungan dengan inflasi, gugup terhadap apapun yang berhubungan dengan pertumbuhan. Menurutnya masalah tarif adalah sesuatu yang akan menjadi titik berat perhatian pasar dengan pertumbuhan di masa depan.

J.P. Morgan memang bukan satu-satunya pihak yang telah mengeluarkan peringatan koreksi akhir-akhir ini. Rekan bank Wall Street, yaitu Goldman Sachs mengatakan bahwa lonjakan imbal hasil Obligasi 10 tahun AS juga bisa menyebabkan penurunan harga saham sebesar 20% sampai 25% pada akhir tahun. Peringatan ini disampaikan oleh Scott Minerd, Kepala Analis Global di Guggenheim Partners. Ia memperingatkan bahwa mood pasar saat ini serupa dengan kondisi di tahun 1987, dimana pasa saat itu pasar mengalami penurunan. (Lukman Hqeem)