ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS ditutup naik tajam pada hari Rabu (03/04), dalam perdagangan yang volatil kuat karena investor terus memusingkan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
Indeks utama dibuka melemah tajam, dimana bursa saham S&P 500 langsung turun kembali di bawah level teknis kunci. Pergerakan berbalik arah kemudian dan menguat sepanjang sesi, akhirnya berakhir naik lebih dari 1%. Saham-saham yang merugi berbalik menguat diakhir perdagangan .
Ini menjadi isyarat bagaimana sulitnya investor mengukur dampak perang dagang AS dan mitranya bagi pasar. Investor merasa perang dagang akan berdampak bagi pendapapatan perusahaan dan pertumbuhan ekonomi, baik AS dan mitra dagangnya.
Indeks Dow Jones naik 231 poin, atau 1%, menjadi 24.264. Bursa saham blue-chip ini telah turun sebanyak 510 poin pada sesi sebelumnya. Indeks S&P 500 naik 30 poin menjadi 2.645, atau 1,2%. Indeks Nasdaq naik 101 poin, atau 1,5%, menjadi 7.042.
Ketiga Indek bursa saham ini ditutup lebih tinggi untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Catatn ini merupakan yang pertama kalinya sejak S&P naik dalam sesi back-to-back sejak meregang sepanjang dua hari yang berakhir 9 Maret lalu.
Pada satu titik, ketiga indek ini mengalami penurunan lebih dari 1% pula. Indek Nasdaq diperdagangkan di bawah 6.829,49, level yang menandai wilayah koreksi, atau penurunan 10% dari puncak penutupan. Meskipun kemudian mampu bangkit dan berakhir diwilayah positif untuk tahun ini. Indek S&P 500 juga demikian dengan berakhir aman di atas level rata-rata pergerakan 200 hari untuk dua sesi terakhir, ini merupakan tanda positif untuk tren momentum jangka panjang.
Ditengah ketidak stabilan ini, tiga indek utama ini mampu naik lebih dari 1% pada hari Selasa, berbalik menguat dari penurunan tajam pada perdagangan hari Senin. Bahkan Indek S&P 500 tercatat di tahun ini telah memiliki tiga kali sesi dengan kenaikan lebih diatas 1% daripada di semua tahun 2017.
Sementara itu, perdagangan di lantai bursa saham Eropa turun sedikit, setelah pasar Asia berakhir lebih rendah. Jatuhnya bursa saham diwilayah ini masih disebabkan kekhawatiran akan dampak perang dagang global. Kondisi ini diperparah oleh tanggapan Cina terhadap pengumuman tarif AS baru-baru ini. Beijing mengatakan mereka berencana memberlakukan tarif 25% pada 106 produk Amerika, termasuk kacang kedelai dan pesawat terbang, mentarget $ 50 miliar barang-barang AS.
Pembalasan itu adalah tanda terbaru bahwa konflik perdagangan antara AS dan mitra dagang utama meningkat. Sesuatu yang sebelumnya telah diingatkan sebagai risiko utama bagi pasar saham tahun ini. Kesulitan mengukur dampaknya, akan membawa ketidakpastian yang luar biasa. (Lukman Hqeem)