Bursa saham Asia menguat pada perdagangan di hari Rabu (11/10/2023), dibantu oleh harapan stimulus di Cina dan laporan pendapatan yang kuat di emiten bursa Korea Selatan. Sementara itu dolar AS kembali melemah karena perubahan nada dovish dari pejabat Federal Reserve membuat para pedagang mengurangi kenaikan tingkat suku bunga AS.
Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 1,5% menuju sesi terbaiknya dalam 2-1/2 bulan. Indek Kospi Korea Selatan naik 2,4% dan mengincar hari terbaiknya sejak Januari karena pendapatan chip dan baterai yang mengesankan.
Dolar Australia mencapai level tertinggi dalam seminggu terhadap greenback, sterling pada level tertinggi dalam tiga minggu, dan Kiwi dalam perdagangan NZD/USD mencapai level tertinggi dalam dua bulan, meskipun pergerakannya goyah dan kecil sementara para pedagang menunggu data harga produsen AS di kemudian hari dan data CPI hari Kamis.
Beberapa pejabat Fed sendiri telah mencatat bahwa kenaikan imbal hasil jangka panjang baru-baru ini dapat membantu upaya mereka dalam memerangi inflasi. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mendapat tepuk tangan ketika dia mengatakan kepada ruangan yang penuh dengan bankir di Nashville pada hari Selasa: “Saya sebenarnya berpikir kita tidak perlu menaikkan suku bunga lagi.”
Prospek bahwa AS bank sentral akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama telah menyebabkan imbal hasil Treasury yang berjangka lebih panjang ke level tertinggi dalam 16 tahun dan mengurangi permintaan terhadap aset-aset berisiko. Namun, penurunan tingkat inflasi yang berkelanjutan dan potensi pelemahan pasar tenaga kerja kemungkinan akan menyebabkan pemikiran ulang terhadap kebijakan The Fed.
Pasar obligasi stabil sepanjang sesi Asia, dimana imbal hasil Obligasi AS tenor 10-tahun naik kembali menjadi 4,65% atau sekitar 24 basis poin di bawah puncak 16 tahun pada hari Jumat. Imbal hasil tiga puluh tahun, yang berada di atas 5% pada minggu lalu turun 2 bps menjadi 4,81%.
Semua hal dianggap sama, imbal hasil yang lebih tinggi sekarang berarti berkurangnya pengetatan Fed. Kegagalan imbal hasil obligasi 30 tahun untuk bertahan di atas 5% menjadi tanda lain bahwa puncak pendapatan tetap (volatilitas) dan mungkin puncak imbal hasil telah tercapai untuk saat ini.
Penurunan bunga obligasi mendorong naik indek saham AS dalam perdagangan di sesi AS sebelumnya. Wall Street ditutup menguat pada hari Selasa waktu setempat dimana indek S&P 500 dan Nasdaq menyentuh level tertinggi dalam tiga minggu karena penurunan imbal hasil Treasury, dibantu oleh komentar dari pejabat Federal Reserve pada hari Senin yang menyatakan kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga baru-baru ini.
Semua indeks saham utama dan 10 dari 11 sub indek S&P 500 berakhir hijau, dimana Nasdaq Composite menjadi peimpin kenaikan saat ini. Sektor Utilitas, adalah sektor dengan kinerja terbaik, sedangkan energi membukukan kerugian yang sangat kecil.
Penggerak utama pasar minggu ini adalah data inflasi harga konsumen yang akan dirilis pada hari Kamis, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut apakah Federal Reserve kemungkinan akan terus menaikkan suku bunganya. Diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi umum naik sebesar 0,3% pada bulan September, dengan kenaikan tahunan sebesar 3,6%.
Sejumlah saham-saham masih akan naik lebih tinggi di akhir tahun karena mereka mendapatkan keuntungan dari stabilisasi pendapatan tetap, kondisi oversold dan musiman yang positif.
Laporan Bloomberg mengenai Cina yang mempersiapkan stimulus untuk membantu perekonomiannya juga mendukung sentimen tersebut, terutama di Hong Kong di mana reli besar-besaran mengangkat Indek Hang Seng, naik di atas 18.000 untuk pertama kalinya dalam dua minggu. Sementara indek Shanghai hanya naik 0,3%.
Investor juga mencermati perkembangan di Timur Tengah. Serangan udara Israel menghantam Gaza pada hari Selasa, ketika Israel membalas serangan Hamas yang telah memicu pertumpahan darah terburuk dalam 75 tahun konflik.
Pada perdagangan di pasar komoditas, harga minyak stabil sejak Senin lalu di tengah kekhawatiran bahwa serangan mendadak militan Palestina terhadap Israel dapat memicu konflik yang lebih luas. Harga minyak mentah Brent di bursa berjangka diperdagangkan pada $87,90 per barel, setelah mencapai $89 pada hari Senin.
Harga gas di Eropa, yang melonjak karena berita kekerasan di Timur Tengah, telah melonjak lebih lanjut di tengah kekhawatiran bahwa pipa gas di Finlandia disabotase dengan harga patokan kontrak Belanda menyentuh level tertinggi dalam tujuh bulan pada hari Selasa.
Di tempat lain dalam perdagangan valuta asing, yen Jepang pada perdagangan USD/JPY telah mempertahankan kenaikan kecil karena ketegangan di Timur Tengah telah mendukung aset-aset safe-haven, terakhir diperdagangkan pada 148,94 per dolar.
Mata uang euro dalam perdagangan EUR/USD hampir tidak banyak bergerak dan masih di sekitar $1,0601.