Bursa Saham AS melemah oleh kebijakan Trump

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa Saham AS melemah pada perdagangan hari Rabu (01/08) setelah The Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga mereka. The Fed justru mengisyaratkan kenaikan suku bunga segera lainnya.

The Fed mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 1,75% hingga 2%, seperti yang diperkirakan. Bank Sentral AS juga mengindikasikan bahwa kemungkinan akan menaikkan suku bunga bulan depan karena ekonomi tetap kuat. Pasar sendiri telah memperkirakan akan ada dua kenaikan suku bunga di tahun ini, yaitu bulan September dan Desember.

Keputusan ini sudah diantisipasi pasar sehingga berdampak minimal. Pasar lebih fokus pada ketegangan perdagangan global AS – Cina.  Antisipasi ini terlihat dari gerak saham yang harus bergerak lebih tinggi. Sementara itu. kekhawatiran baru atas friksi perdagangan AS – Cina meredam sentimen meskipun hasil positif dari Apple menopang sektor teknologi dan membantu Nasdaq melawan tren yang lemah.

Indeks Dow Jones turun 81,37 poin atau 0,3% menjadi 25.333,82. Indek S&P 500 melemah 2,93 poin, atau 0,1%, menjadi 2,813.36. Indek Nasdaq naik 35,50 poin, atau 0,5%, menjadi 7.707,29. Sektor teknologi mendorong indek S&P 500 naik, dengan kenaikan sebesar 1%, ini merupakan sektor terbaik dari 11 sektor yang ada. Indek S & P 500, nampak menemukan resistensi di sekitar 2.850 agar bisa bergerak lebih tinggi.

Memang sulit untuk memisahkan negosiasi perdagangan dari eskalasi ketegangan. Kedua pihak, baik AS dan Cina  telah sama-sama mengambil tembakan dan membuat ancaman. Kedua negara ini bisa kita lihat semakin memperbesar perseteruannya.

Penghasilan yang sehat dan latar belakang ekonomi yang kuat telah menopang pasar secara keseluruhan bahkan saat serangkaian kegugupan telah menjatuhkan saham. Menurut data, emiten yang sudah melaporkan pendapatan kwartal mereka umumnya mengalami kenaikan pendapatan. Jumlahnya emiten yang untung mencapai 67%. Salah satunya adalah Apple Inc.

Penjualan iPhone yang kuat membantu saham Apple Inc. meraup pendapatan tertingginya selama tiga bulan yang berakhir Juni. Hasil ini mengalahkan ekspektasi pasar. CEO Apple, Tim Cook memberikan pandangan optimis untuk kuartal mendatang. Saham Apple reli 5,9%, dengan mencatat kenaikan tahun ini sebesar 19%.

Sayangnya, sentimen positif tersebut harus tertekan oleh rencana Trump menaikkan tariff impor barang dari Cina. Setelah bel penutupan, Gedung Putih mengumumkan proposal kenaikan tarif praduk Cina senilai $ 200 miliar, naik dari 10% menjadi 25%.

Data ekonomi Amerika Serikat terbaru menyatakan jumlah pekerjaan sektor swasta naik 219.000 pada bulan Juli, jauh di atas perkiraan sebesar 178.000. Secara terpisah, indeks pembelian manajer manufaktur atau Indek Markit berada di angka 55,3 pada bulan Juli. Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) bulan Juli adalah 58,1%, di bawah ekspektasi tipis sebesar 59,5%.

Pada perdagangan lainnya, bursa saham Eropa berakhir lebih rendah di seluruh kawasan, sementara bursa saham Asia ditutup beragam. Bursa Cina lebih lemah tetapi Indek bursa saham KOSPI Korea dan Nikkei Jepang lebih tinggi.

Imbal hasil Obligasi AS masa 10-tahun diperdagangkan pada 3% untuk pertama kalinya sejak Juni. Kenaikan ini memberikan pukulan terhadap bursa komoditi. Harga minyak berjangka AS turun lebih dari 1% dan harga emas juga turun sementara Indeks Dolar AS, DXY, naik tipis 0,2%. (Lukman Hqeem)