Harga Emas Terus Mengalami Penurunan Oleh Penguatan Dolar AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berakhir lebih tinggi pada perdagangan di hari Jumat (03/08) setelah data menunjukkan bahwa tenaga kerja terserap di AS hanya lebih sedikit dari perkiraan pada bulan Juli. Meski demikian, harga logam ini masih mencatat kerugian secara mingguan selama empat minggu beruntun.

Aksi jual tertahan dengan kondisi Dolar AS yang sedikit rileks. Emas menemukan kembali daya pikatnya, dimana faktor utama adalah suku bunga tidak dinaikkan saat ini. Kondisi ekonomi yang sedikit mengkhawatirkan dan menimbulkan ketakutan akan datangnya resesi, menjadi sumber utama investor melirik emas kembali.

Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember naik $ 3,10, atau hampir 0,3%, di $ 1,223.20 per ons. Harga untuk kontrak paling aktif bulan Desember mencatat kerugian mingguan sekitar 0,8%. Emas telah berkinerja buruk dalam beberapa pekan terakhir karena sebagian dolar cenderung naik. Indek Dolar AS, telah naik 0,5% dalam minggu ini. Dolar yang lebih kuat dapat mematikan daya tarik emas, membuat aset lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Greenback pada hari Jumat, bergeser kembali atas para pesaingnya setelah data bulanan pada pekerjaan AS datang lebih lembut dari yang diharapkan. AS menyerap 157.000 pekerjaan pada bulan Juli, di bawah perkiraan sebesar 195.000 oleh MarketWatch. Meski demikian, tingkat pengangguran turun menjadi 3,9% dari 4% pada bulan Juni.

Berkurangnya angka pekerja yang terserap menjadikan Dolar AS rileks, dan menghalangi kenaikan indek dolar AS keatas 95. Korelasi terbalik antara dolar dan emas sangat ketat selama beberapa tahun terakhir. Namun, dalam gambaran yang lebih besar, harga emas mengalami kejenuhan jual. Setelah penurunan sebesar 0,6% pada perdagangan di hari Kamis, harga emas mencoba untuk menguat kembali secara teknis. Logam mulia mampu bergerak “jauh lebih ke atas daripada dolar” ke sisi negatifnya. Ini mengindikasikan posisi logam mulia yang mengalami kejenuhan seperti sekarang, sehingga diperkirakan apabila menemukan momentum yang tepat, logam ini akan rebound dalam skala besar.

Setelah sejumlah indikator besar ekonomi AS diterbitkan, Dolar AS nampaknya akan mendingin untuk beberapa waktu. Pada saat yang sama, emas telah menemukan level support dekat $ 1.200 sebagai titik krusial untuk memasuki gerbang koreksi yang lebih dalam. Untuk saat ini, para investor yang sebelumnya menghindari logam mulia, kini seharusnya menjadi pembeli di tengah bentrokan antara AS dan mitra dagang di seluruh dunia yang berkembang pesat. Menurut laporan dari World Gold Council yang dirilis hari Kamis, permintaan global untuk emas turun 4% menjadi 964 metrik ton pada kuartal kedua tahun ini dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Masuknya lebih lambat ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas menciptakan “perbandingan lemah terhadap tahun lalu,” dan permintaan untuk paruh pertama tahun 2018 turun menjadi 1.959,9 metrik ton, terendah sejak 2009, kata laporan itu. Arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa turun 46% year on year untuk kuartal kedua.

Secara terpisah, dilaporkan pada hari Jumat kemarin bahwa indeks nonmanufaktur ISM pada bulan Juli turun menjadi 55,7%, terendah 11 bulan, dari 59,1%. (Lukman Hqeem)