Harga emas naik meski dolar AS juga naik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas bangkit dari penurunan sebelumnya dengan berakhir naik dalam perdagangan hari Selasa (31/07). Kenaikan harga logam mulia terjadi meski Dolar AS naik menjelang keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tentang kebijakan moneter.

Untuk kontrak pengiriman bulan Desember, harga emas naik tipis $ 2,10, atau 0,2%, di $ 1,233.60 per troy ons. Penutupan ini lebih tinggi dan menandai keuntungan pertama untuk logam mulia dalam empat sesi terakhir. Meski demikian, harga emas dalam kontrak berjangka Desember berakhir sekitar 2,6% lebih rendah untuk bulan ini, mencatat sebagai kerugian keempat berturut-turut secara bulanan.

Lazimnya, harga emas akan dipengaruhi dengan naik turunnya nilai Dolar AS atas mata uang lainnya. Penguatan Dolar AS akan membuat harga logam mulia menurun. Dalam perdagangan kali ini, terjadi kondisi yang bertentangan. Harga komoditas logam ini naik meski Dolar AS menguat atas sejumlah mata uang lainnya. Indek Dolar Amerika Serikat, DXY, yang mengukuran dolar terhadap enam mata uang saingan, naik 0,2% pada 94,52. Greenback telah kehilangan sekitar 0,1% selama sebulan hingga saat ini.

Harga logam mulia tengah mendapat tekanan hebat ditengah melonjaknya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang akan datang. Popularitas emas sebagai aset surgawi makin merana dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS. emas yang tidak menawarkan bunga, seperti Obligasi menjadi kurang populer bagi investor. Imbal hasil Obligasi 10 tahun berada di 2,957%; Selain itu, imbal hasil Obligasi 2-tahun menghasilkan 2,674%, masih melayang di sekitar level tertinggi sejak 2008.

The Fed akan menyimpulkan hasil pertemuan kebijakannya pada hari Rabu. Meskipun tidak diharapkan menaikkan suku bunga, para pembuat kebijakan ini cenderung menegaskan niat mereka untuk menaikkan suku setidaknya dua kali lebih banyak sebelum akhir 2018.

Kondisi yang demikian ini jelas menjadi sentiment bearish bagi Emas. Dolar AS yang jauh lebih kuat dan meningkatnya harapan kenaikan suku AS, jelas akan membuat Emas tak berdaya dalam waktu dekat ini.

Disisi lain, Emas terus berjuang keluar dari himpitan ini dengan memanfaatkan ketegangan perdagangan global. Perang dagang yang dilancarkan oleh AS menciptakan ketidakpastian dan merangsang keengganan orang untuk mengambil risiko.

Sementara itu, investor bereaksi terhadap keputusan Bank of Japan untuk melanjutkan kebijakan uang gampangnya, menarik yen Jepang. Sehingga dalam perdagangan USDJPY, melemah tajam, berkontribusi terhadap penguatan dolar AS. Pertemuan bank sentral Bank of England pada hari Kamis, di mana kemungkinan untuk menaikkan suku hanya untuk kedua kalinya dalam satu dekade, juga diawasi ketat oleh pasar.

Jatuhnya harga Emas juga didorong oleh yen yang naik terhadap dolar AS setelah pertemuan Bank of Japan. Namun, harga emas dipasar spot sendiri belum turun di bawah $ 1,210 sebagai indikasi penurunan ini masih tertahan di level support yang krusial.

Di sisi data, belanja konsumen Juni AS naik 0,4% solid, sementara tingkat inti inflasi untuk bulan yang sama naik tipis 0,1%. Rilis Juli pada kondisi bisnis di daerah Chicago menunjukkan kenaikan 1,4 poin menjadi 65,5, pembacaan tertinggi dalam enam bulan dan kepercayaan konsumen Juli naik ke 127,4-salah satu pembacaan tertinggi dalam 18 tahun.

Melihat perdagangan di lantai bursa saham AS, yang terhuyung-huyung dalam menghadapi aksi jual saham-saham teknologi populer dan internet, baru-baru ini mendorong Indeks Nasdaq ke penutupan terendahnya sejak 5 Juli dan telah membebani indeks S&P 500 dan Dow Jones sebuah lingkungan yang menjadi pijakan Emas bertahan dari sentiment negatif di pasar. (Lukman Hqeem)