Bursa saham AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS jatuh pada perdagangan Kamis (18/10) seiring laporan pendapatan emiten yang lebih lemah di sektor industri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap meningkatnya biaya dan dampak dari Perang Dagang serta kekhawatiran adanya biaya pinjaman yang lebih tinggi menyusul nada hawkish yang disuarakan dalam risalah pertemuan FOMC .


Dibursa saham Asia, bursa saham Hangseng melemah oleh aksi jual investor yang mengalihkan dananya ke aset aman yaitu Obligasi AS, meskipun Departemen Statistik dan Sensus telah melaporkan volume total ekspor barang Hong Kong meningkat 10.5%. Sementara tingkat impor naik sebesar 13.6% pada Agustus lalu. Indeks Hangseng ditutup turun akibat kejatuhan saham Tencent hingga 0.142%, serta jatuhnya sejumlah saham-saham industri minyak menyusul turunnya harga minyak mentah hingga dibawah $70 per barrel.

Saham Sinopec turun hingga 4.271%, sedangkan saham CNOOC mencatat kerugian 2.011% serta saham PetroChina yang jatuh sebesar 1.488% di sesi penutupan perdagangan bursa Hong Kong pada hari kemarin.


Bursa saham Tokyo melemah seiring aksi jual para investor, setelah reli dalam dua hari sebelumnya. Aksi ini dipengaruhi oleh pergerakan bursa Shanghai yang melemah. Pada dasarnya bursa saham Tokyo memiliki pondasi yang kuat menyusul melemahnya Yen terhadap Dollar, namun tekanan bearish di Shanghai mendominasi sentimen pasar.


Indeks acuan Kospi dilaporkan turun 0.89% di perdagangan Kamis kemarin. Pelemahan ini didominasi oleh arus modal asing yang keluar dari Korea Selatan semakin besar di tengah banyaknya investor asing yang mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih aman di AS. Investor asing telah menjual saham Korea mereka hingga senilai bersih 2 triliun Won ($1.78 milliar), dan mencatat penjualan terbesar dalam 9 bulan terakhir. Bank of Korea memutuskan tidak merubah suku bunga mereka, meskipun tekanan meningkat untuk memperketat kebijakan moneter di tengah melebarnya kesenjangan kebijakan dengan The Fed. Komite kebijakan moneter Bank of Korea tidak mengubah suku bunga mereka di kisaran 1.50%, sejak November 2017, di saat mereka menaikkan suku bunganya untuk pertama kali dalam enam tahun.