Harga emas naik diawal perdagangan minggu ini, melanjutkan tren kenaikan minggu lalu. (Lukman Hqeem/Foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas diperdagangan pasar berjangka mengalami kenaikan tajam, mencapai posisi termahalnya sejak akhir Juli silam. Sentimen ganda berasal dari pelemahan Dolar AS dan jatuhnya bursa saham.


Untuk kontrak pengiriman bulan Desember, harga emas berakhir dengan naik $ 8,30, atau 0,7%, ke harga $ 1,230.30 per troy ons. Ini merupakan harga termahal untuk kontrak paling aktif sejak 31 Juli. Seperti yang diperkirakan sebelumnya, harga logam mulia akan melanjutkan penguatan harga dalam minggu ini. Sepekan kemarin, harga emas naik 1,4%. Ini merupakan kenaikan mingguan kedua berturut-turut.


Langkah investor untuk menyelamatkan diri dari kehancuran yang ditimbulkan akibat runtuhnya bursa saham global memberikan dorongan kenaikan harga logam mulia. Kejadian geopolitik telah melesat di seluruh dunia dan para pialang pedagang harus menilai kemungkinan dampak perang dagang AS – China, negosiasi Brexit, perbedaan kebijakan moneter antara bank-bank sentral utama dan perlambatan pertumbuhan global.


Bursa saham Eropa membukukan penurunan mingguan terbesar mereka dalam delapan bulan pekan lalu, meskipun bergerak lebih tinggi pada perdagangan di hari Senin. Bursa Saham AS justru makin melorot setelah penutupan perdagangan berjangka emas.


Volatilitas pasar saham ditopang oleh kekhawatiran atas naiknya bunga Obligasi AS. Kenaikan suku bunga yang cepat juga bertepatan dengan melemahnya dolar AS, membantu menghilangkan angin sakal untuk komoditas logam mulia. Emas cenderung menguat ketika dolar melemah karena aset ini menjadi relatif lebih menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain Dolar. Indeks Dolar AS, turun 0,1% ke 95,092, pada hari Senin (15/10).


Dolar AS mendapat dorongan kenaikan setelah The Federal Reserve melakukan pengetatan kebijakan moneternya, dengan menaikkan suku bunga acuan. Tahun ini telah menaikkan suku bunga tiga kali dan dijadwalkan akan sekali lagi di akhir tahun. Sayangnya, menguatnya Dolar ini justru kontraproduktif dengan harapan Presiden Donald Trump. Ia mengkritisi kebijakan The Fed, bahkan menggangap lembaga ini “gila”.


Serentetan pernyataan Donald Trump pada minggu lalu, terbukti memberikan tantangan pada tren kenaikan Dolar AS. Greenbacks melemah dan membuka peluang harga emas mengambil arah kenaikannya. Meski demikian, harus diakui bahwa kenaikan ini akan mendapat tantangan oleh rencana kenaikan suku bunga di akhir tahun. Selain itu, bunga surat hutang AS yang meningkat juga menjadi daya tarik investasi bila dibandingkan dengan emas batangan.


Untuk meliahat seberapa besar prospek kenaikan ini ataupun besarnya hambatan yang ditimbulkan dari peluang menguatnya kembali Dolar AS dan bunga Obligasi, bisa terendus dalam risalah pertemuan reguler Komisi Perdagangan Bebas Federal (FOMC) dibulan September lalu, yang akan dipublikasi pada Rabu besok.


Perdagangan minggu lalu, dimana harga emas melonjak $30 menggambarkan langkah sebagian investor yang terlambat melepas emas. Aksi jual yang tajam, membuat jenuh pasar dengan kenaikan total posisi jual sebesar 41% membawa rekor penjualan baru. Kondisi jenuh ini dimanfaatkan para spekulan dengan melakukan aksi beli kembali dan membuat kenaikan harga terbesarnya sejak 2016, pada Kamis lalu.


Untuk konfirmasi perubahan tren bearish saat ini, harga emas setidaknya harus bertahan diatas $ 1.240 agar bisa menguat lebih lanjut menuju $ 1.300 kembali. (Lukman Hqeem)