Bursa saham Asia

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan di hari Senin (23/05/2022) karena investor khawatir inflasi dan kenaikan suku bunga akan menghambat prospek ekonomi global dan situasi COVID-19 China membebani sentimen, dengan perusahaan teknologi sangat terpukul. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3% karena pasar utama kawasan itu diperdagangkan di zona merah.

Menjelang pembukaan sesi Eropa hari ini, nampaknya pasar AS dan Eropa dapat mengabaikan suasana Asia yang suram dimana sejauh ini Indek Euro Stoxx 50 berjangka naik 1,35%, DAX berjangka Jerman 1,4% lebih tinggi dan FTSE berjangka naik 0,83%. Indek S&P 500 berjangka juga naik 1,04%.

Sementara itu, bursa saham Australia membalikkan kenaikan awal menjadi turun 0,13%. Nada negatif terlihat saat Indek Hang Seng Hong Kong turun 1,27% dan Indeks CSI300 China turun 0,7%, terbebani oleh sektor teknologi. Indek saham Nikkei 225 Jepang justru melawan tren regional dengan naik 0,7%.

Aksi jual di bursa saham Asia terutama didorong oleh sentimen negatif global yang ada saat ini. Sektor teknologi China, tambahnya, akan tetap bergejolak sampai ada kejelasan peraturan yang lebih besar dan pasar AS stabil.

Angka harian COVID-19 di China tetap diawasi ketat oleh investor dan Beijing pada hari Senin melaporkan 99 infeksi baru untuk hari sebelumnya, penghitungan harian terbesar sejauh ini selama wabah berusia sebulan. Penurunan di pasar China pada hari Senin terjadi setelah akhir pekan lalu yang mengejutkan kuat, ketika pasar Hong Kong dan daratan naik antara hampir 2% dan 3%. Ada $2,13 miliar arus masuk bersih ke saham daratan pada hari Jumat oleh investor asing, tertinggi pada tahun 2022, menurut data bursa.

Dalam perdagangan valuta asing, indeks dolar turun 0,35% pada 102,63. Imbal hasil Treasury 10-tahun benchmark naik menjadi 2,8207% dari penutupan AS di 2,787% pada hari Jumat. Imbal hasil dua tahun, yang naik dengan ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,6266%, naik dari 2,583%. Dolar melemah 0,24% terhadap yen menjadi 127,54 setelah awalnya menguat. Itu masih agak jauh dari tertinggi tahun ini di 131,34, yang dicapai pada 9 Mei.

Tekanan inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi investor, mengingat angka inflasi grosir Jerman yang diterbitkan pada hari Jumat menunjukkan lonjakan yang lebih tinggi dari perkiraan yang mengindikasikan harga akan tetap tinggi dalam jangka pendek.

Di Australia, Partai Buruh memenangkan pemilihan umum pada akhir pekan, mengakhiri kekuasaan hampir 10 tahun oleh saingan konservatif mereka. Namun demkian, proyeks kebijakan moneter RBA diperkirakan tidak berubah meskipun ada perubahan dalam kepemimpinan nasional.

Pada perdagangan komoditi, harga minyak mentah AS naik 0,64% menjadi $110,24 per barel. Minyak mentah Brent naik 0,9% menjadi $112,68 per barel. Sementara kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global telah mendorong dukungan baru untuk emas.

Harga emas mengalami kenaikan mingguan pertama sejak pertengahan April karena permintaan safe-haven didorong oleh kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang tinggi. Dolar AS yang lebih lemah juga telah meningkatkan selera investor. Harga emas di pasar spot naik 0,3% di $1854,9 per ounce.