ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia ditutup beragam dalam perdagangan hari Rabu (19/12). Para pialang yang tengah menunggu hasil keputusan pertemuan Bank Sentral AS, harus kecewa dengan data perdagangan Jepang yang ternyata lebih lemah dari perkiraan.
Indek Nikkei 225 Jepang turun 0,4% setelah data menunjukkan pertumbuhan ekspor terhenti bulan lalu. Saham SoftBank Corp, mobile unit dari raksasa teknologi SoftBank Group harus turun sekitar 10% menyusul penawaran umum perdana yang besar, yang berusaha mengumpulkan sekitar $ 18 miliar. Perusahaan teknologi Advantest dan Fujitsu naik lebih dari 2%, sementara saham energi dan utilitans turun. Perusahaan minyak Inpex turun 6% sementara Tokyo Gas turun 5%.
Pada hari Rabu, Jepang melaporkan bahwa neraca perdagangannya pada bulan November berakhir defisit 737,3 miliar yen, dari 450,1 miliar yen pada bulan sebelumnya. Ini adalah defisit keempatnya dalam lima bulan terakhir.
Ekspor melambat secara luas, karena melemahnya permintaan dari China. Ekspor Jepang hanya naik 0,1% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan 8,2% pada Oktober.
Hal ini memicu kekhawatiran tentang dampak perselisihan perdagangan AS-China pada ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Indek Hang Seng Hong Kong naik 0,1%. Operator kasino Sands China dan Galaxy Entertainment naik lebih masing-masing sebesar 1%, sementara saham sektor energi turun oleh penurunan harga minyak baru-baru ini. China Petroleum dan CNOOC masing-masing turun lebih dari 3%.
Pada hari Selasa, sebagian besar indeks AS mengalami penurunan dalam dua hari karena saham sektor teknologi dan perusahaan yang fokus pada konsumen mengalami kenaikan. Saham energi justru anjlok bersama dengan jatuhnya harga minyak mentah, yang mencapai posisi terendah sejak Agustus 2017. Indeks S & P 500 naik 0,22 poin menjadi 2,546.16. Indek Dow Jones naik 0,4 % ke 23.675,64 dan Indek Nasdaq naik 0,4 % ke 6.783,91.
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga jangka pendeknya setelah pertemuan berakhir Rabu. Kenaikan suku bunga, yang di sebagai patokan untuk banyak pinjaman konsumen dan bisnis, dengan kisaran 2,25% – 2,5%. Bank sentral telah memperkirakan tiga kenaikan lagi pada 2019, tetapi investor meragukan itu akan berjalan seperti yang direncanakan.
Tingkat yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan ekonomi AS diperkirakan akan mendingin pada tahun 2019. Cina dan Eropa juga telah mengisyaratkan bahwa pertumbuhan ekonomi mereka melambat.
Sinyal positif di depan perang dagang menstabilkan aset beresiko di Asia. Ini adalah pasar yang membutuhkan berita baik, dimana para investor setidaknya baru bisa merasa nyaman setelah Maret 2019.
Harga minyak memantul kembali setelah terjun di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan dan melemahnya pertumbuhan global, yang dapat membebani permintaan. Minyak Mentah AS naik 12 sen menjadi $ 46,72 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange.
Kontrak, yang telah jatuh hampir 40 persen sejak Oktober, merelakan $ 3,60 hingga $ 46,60 pada hari Selasa. Minyak mentah Brent naik 34 sen menjadi $ 56,60 per barel. Ini kehilangan $ 3,35 hingga $ 56,26 per barel di London. (Lukman Hqeem)