ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia sebagian besar naik dalam perdagangan diakhir pekan, Jumat (30/11). yang tenang. Pasar berusaha menutup kinerja seminggu penuh dengan catatan kenaikan secara luas. Para investor berharap bahwa ketegangan perdagangan akan mereda setelah pertemuan akhir pekan antara para pemimpin AS – China.
Indek Nikkei naik 0,3%, untuk menciptakan kenaikan langsung kelima kalinya, dengan kenaikan dimpimpin oleh saham-saham di sektor pertambangan dan farmasi. Saham perusahaan layanan kesehatan Sysmex dan produsen obat Otsuka naik 4,53%.
Di Hong Kong, Indeks Hang Seng naik 0,6%, dipimpin oleh saham-saham di sektor energi akibat kenaikan harga minyak di AS; Saham CNOOC naik sekitar 4%.
Bursa saham Cina juga berjuang untuk tetap bertahan di zona hijau perdagangan ini. Bergerak dalam fluktuasi, memantul ke atas dan ke bawah menjelang pertemuan akhir pekan antara Xi Jinping dan Donald Trump. Indek Shanghai terakhir naik 0,2%, sedangkan Indek Shenzhen masih datar. Data ekonomi China terkini melaporkan aktifitas pabrikan yang melambat dibulan November, meleset dari ekspektasi.
Meningkatnya ketidakpastian dari ketegangan Perang Dagang dengan AS semakin memperburuk sentimen bisnis. Indeks manajer pembelian manufaktur resmi turun menjadi 50,0 pada November dari 50,2 pada Oktober, data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional.
Angka dibulan November ini sedikit di bawah perkiraan median 50,1 dari jajak pendapat Wall Street Journal dari para ekonom. Indeks telah bertahan di atas angka 50, yang memisahkan ekspansi aktivitas dari kontraksi, sejak Juli 2016, ketika berada di 49,9.
Tekanan ke bawah pada perdagangan luar negeri telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan meningkatnya ketidakpastian dari friksi perdagangan, kata Zhao Qinghe, seorang analis dari biro statistik, dalam sebuah pernyataan yang menyertai rilis data. Pelemahan terbaru di beberapa harga komoditas juga membebani sentimen, kata Zhao.
Sementara untuk Indek PMI non-manufaktur, yang mengukur aktivitas bisnis di luar pabrikan, juga turun menjadi 53,4 pada November dari 53,9 pada Oktober. Ini merupakan yang paling rendah dalam 15 bulan terakhir. Demikian dilaporkan oleh Biro Statistik Nasional China. Diduga pelemahan ini sebagai akibat dari melemahnya aktivitas konstruksi melebihi kekuatan di sektor jasa.
PMI non-manufaktur mencakup layanan seperti ritel, penerbangan dan peranti lunak serta sektor real-estate dan konstruksi. Data didasarkan pada jawaban atas kuesioner bulanan yang dikirim ke eksekutif pembelian di 4.000 perusahaan di 27 sektor non-manufaktur.
Indek KOSPI Korea Selatan turun 0,4%, mengancam kemenangan beruntun empat hari, setelah saham Samsung turun 1%. (Lukman Hqeem)