Esandar, Jakarta – Bursa saham Asia melihat kenaikan awal perdagangan Selasa (27/02/2018) pagi ini, setelah kenaikan di Wall Street semalam. Dorongan naik ini mengikis penurunan saham diawal bulan.
Indek saham Australia naik 0,5% di awal perdagangan setelah naik empat sesi terakhir. Selandia Baru, yang sampai Januari telah menghasilkan rekor 13 bulan berturut-turut, naik 0,7% lagi dan memangkas penurunannya untuk Februari menjadi 0,5%.
Sementara Indek Nikkei Jepang, dibuka naik 1% karena yen sedikit mereda dalam semalam. Namun, tolok ukur mulai turun 4% untuk bulan ini meski naik selama enam dari delapan sesi sebelumnya. Sedangkan Indek Kospi Korea Selatan mulai dengan naik 0,9%, memotong rugi bulan ini menjadi hanya 4,2%.
Sentimen naik berasal dari kenaikan di Wall Street pada perdagangan hari Senin. Indek Nasdaq naik 0,1% untuk bulan Februari, berbeda dengan hanya turun 1,5% untuk Dow Jones dan S&P 500.
Pasar telah terbantu oleh jeda pada lonjakan yield obligasi global tahun 2018. Hasil Treasury sepuluh tahun sejauh ini tidak mampu mencapai tingkat 3% psikologis yang penting. Mereka telah jatuh selama tiga sesi berturut-turut sampai Senin dan dalam lima dari tujuh terakhir, turun kembali menjadi 2,86%. Hasil benchmark obligasi tersebut diawali tahun di level 2,41%.
Pasar obligasi tampaknya telah sampai pada titik di mana bukti peningkatan pertumbuhan upah dan inflasi akan diperlukan untuk mendorong imbal hasil secara signifikan lebih tinggi. Hal ini setidaknya telah memberikan kesempatan kepada investor untuk mendorong indeks saham menguat seiring dengan membaiknya musim pendapatan emiten.
Disisi lain, investor juga menunggu penampilan pertama Jerome Powell di Capitol Hill sebagai Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve pada hari Selasa. Investor di seluruh spektrum akan “mengurai pikirannya untuk mengumpulkan petunjuk paling tipis sekalipun” mengenai berapa banyak tingkat suku bunga yang dapat diraih bank sentral tahun ini. Hingga bulan Desember, proyeksi kenaikan suku bunga ditahun ini paling populer adalah tiga kali. Meski demikian, Jerome Powell tetap diyakini akan memberikan pernyataan yang bernada “hawkish”.(Lukman Hqeem).