Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Pertumbuhan ekonomi Jepang menyusut pada laju yang lebih lambat dari yang dilaporkan sebelumnya pada kuartal pertama. Hal ini dikarenakan penurunan belanja di tingkat pabrik dan peralatan. Pandemi corona masih menjadi pukulan besar terhadap permintaan secara keseluruhan.

Kontraksi yang lebih lambat ini memberikan kelegaan bagi pembuat kebijakan yang berharap ekonomi Jepang tidak akan tertinggal dari ekonomi utama lainnya, yang telah meluncurkan vaksin COVID-19 lebih cepat untuk mengakhiri krisis kesehatan.

Penurunan yang direvisi ini terutama akibat penurunan belanja publik dan modal yang lebih kecil, yang keduanya turun di bawah perkiraan pada kuartal tersebut, mengimbangi penurunan konsumsi swasta yang sedikit lebih besar.

Ekonomi Jepang tahunan turun 3,9% di kuartal 1, tidak seburuk laporan awal yang kontraksi 5,1% tahunan, meski masih mencatat penurunan pertama di tiga kuartal terakhir, data Kantor Kabinet menunjukkan Selasa. Namun demikian, angka tersebut masih lebih baik dari perkiraan median ekonom untuk penurunan 4,8%, sama dengan kontraksi kuartal-ke-kuartal sebesar 1,0% dari kuartal sebelumnya, versus penurunan awal 1,3%.

Belanja modal susut 1,2% dari kuartal sebelumnya, lebih baik dari penurunan awal 1,4%, dan sesuai dengan perkiraan median untuk penurunan 1,2%. Konsumsi pemerintah turun 1,1%, lebih kecil dari penurunan awal 1,8%.

Konsumsi swasta, yang merupakan lebih dari setengah produk domestik bruto, turun 1,5% dari tiga bulan sebelumnya, lebih buruk dari perkiraan awal yakni penurunan 1,4%.

Ekspor bersih – atau ekspor dikurangi impor – mengurangi 0,2 persentase poin terhadap revisi pertumbuhan PDB, sementara permintaan domestik turun sebesar 0,8 poin persentase, dari laporan awal minus 1,1 persentase poin.

Revisi PDB yang lebih baik dari perkiraan ini muncul setelah belanja rumah tangga dan ekspor melonjak pada April atas kembalinya permintaan, kenaikan itu sebagian besar meningkat dibandingkan dengan penurunan tajam yang didorong oleh pandemi tahun lalu.

Upah yang disesuaikan dengan inflasi, yang merupakan barometer daya beli rumah tangga, naik 2,1% pada April pada basis tahunan, pemerintah mengatakan pada hari Selasa.